maaf telat ya untuk hari ini.... padahal weekend gak ada kerjaan harusnya bisa update banyak ... tapi saya lagi tidak enak badan, rada panas. mohon maaf.. terima kasih bersedia menunggu !! happy reading xD
(ง •̀ω•́)ง✧ (ง •̀ω•́)ง✧ (ง •̀ω•́)ง✧
Chapter 31 : Hutan Jiwa-Jiwa busuk (4)
Penerjemah : MasariuMan
berapa lama aku berdiri disini dan terkena udara racun ini. tiba tiba ada suara gemerisik rumput dan akupun melihat kearahnya. yang muncul bukan penyerang yang tidak terlihat yang kuharapkan. ituadalah daging busuk, tuang belulang yang dapat dilihat; itu adalah zombie. zombie itu menggunakan baju yang sudah hancur, seperti telah diserang oleh anjing liar ataupun sesuatu.
seperti zombie yang muncul di permainan, organnya masih utuh tapi dia kehilangat rahang bawah. apakah tengkorak sialan itu memantau kami dari suatu tempat?
"well, mau gimana lagi."
*Heave-ho* aku pun berdiri.
pinggangku, lebih tepatnya seluruh tubuhku sakit. racun rawa bukan hanya alasan tubuhku terasa berat. rasa sakit dari tangan kananku juga menjadi parah setiap waktunya. tapi bukannya aku tidak dapat bergerak juga. itu hanya sakit sekali tapi aku masih bisa melakukannya. aku masih bisa memegang pedang.
tapi aku tidak tahu kapan aku akan tidak bisa bergerak lagi. memikirkan bagaimana aku akan melawan monster dengan kondisi seperti ini, aku seperti ingin menangis. setelah zombie pertama, muncul zombie lain satu persatu.
[cukup banyak juga yang berkumpul.]
"haaa~~~ aku adalah pria yang terluka disini, aku berharap mereka tidak mempersulitku..... bukankah kau juga berfikir begitu, ermenhilde?"
ketika aku menyebut nama ermenhilde, batu pun bersinar dan pedang panjang muncul di tanganku. itu adalah pedang dua sisi yang paling sering kugunakan di dunia ini. dengan sekali tebas, suara agin terbelah muncul di telingaku.
ah, ini..... pedang ini...aku mengganti telapak tanganku untuk terbiasa dengan pedang itu. itu memiliki panjang yang cocok. rasanya seperti tambahan dari tanganku sendiri. aku sadar mukaku agak sedikit relaks. di ujung pegangan terdapat 7 batu yang tertanam dan 3 dari mereka bersinar.
tangan kananku sakit kembali. tapi rasa sakit itu hanya membersihkan pikiranku. itu mengingatkanku apa yang akan aku lakukan.
"ayo kita buat mururu tidak bisa berkata apa-apa."
[.....kamu tidak apa-apa?]
dan suara khawatir muncul dari kocekku. karena itu agak lucu, bibirku agak sedikit relaks dan tersenyum.
"waaa itu langka sekali. biasanya kamu yang akan selalu berkata untuk bersikaplah seperti pahlawan."
situasi ii seperti yang biasa ermenhilde inginkan kan?
untuk seseorang, untuk sesuatu--- membawa nyawamu di garis depan, dan melindungi itu. itulah yang orang-orang harapkan dari pahlawan. kekuatan yang tak tertandingi, kemenangan, dan keselamatan. sayangnya, tidak ada satupun dari itu yang bisa aku berikan untuk mereka.
tapi, hanya untuk sekarang, hanya untuk momen ini. mari pertaruhkan nyawaku di garis depan. aku akan membuat tengkorak sialan itu keluar, dan membunuhnya.
[mukamu sangat pucat.]
"ini sama saja dengan biasanya."
aku memberikan kekuatan pada tanganku yang memegang pedang ilahi. tiga zombie muncul. tidak begitu banyak tapi mengingat waktu yang berlalu, pasti akan bertambah lagi. walaupun itu tidak akan begitu bagus untuk mururu yang seharusnya ada di tempat persembunyian untuk menunggu waktu agar dapat melalukan serangan mendadak, mayat hidup tetap tanpa henti mencari benda hidup atau makhluk hidup. mereka akan tetap datang kemari selama ada orang yang hidup disini.
tapi itulah tujuanku. yaah yang menunggu kami bukan hal kecil seperti zombie atau hantu, tapi itu adalah tengkorak sialan itu yang mungkin saja keturunan dari dewa iblis. dengan suara yang hanya aku dan mururu dapat mendegarnya, ermenhilde memberikan perintah untuk mururu untuk tidak bergerak.
tangan kananku tidak bergerak sekarang. tidak ada teman yang menyelamatkanku. hanya 3 perjanjian yang telah dipenuhi. musuhku adalah zombie dan hantu yang tidak terhitung jumlahnya dan tengkoran misterius. walaupun dalam situasi yang putus asa seperti ini, untuk berbagai alasan aku tidak merasa putus asa.
zombie tetap berjalan melalui rumput kearahku. perlahan demi perlahan, seperti menyeret kakinya, mengikis dagingnya yang terkena ranting pohon dan menambah suara yang tidak dapat di bayangkan dari suara dendam. untuk membunuh aku yang hidup, untuk memakanku dan membuatku menjadi salah satu dari mereka juga.
"luka, racun, situasi tanpa harapan---- ini bukan pertama kalinya aku menghadapinya!"
aku memaksakan menggerakkan tubuhku yang berat, aku menebas mereka. aku menargetkan badan mereka dengan tebasan yang cukup kuat untuk tidak hanya menebas tapi menghancurkannya. daging busuk, otot yang rusak, tulang hancur; aku melakukan semua itu dan membelah tubuh itu menjadi 2 bagian. aku tidak membelah badannya tapi hatinya. tapi itu tidak cukup untuk membunuhnya. sebenarnya, aku menargetkan lehernya tapi targetku salah. fakta bahwa aku tidak menggunakan tangan dominanku, dan karena aku demam sekarang, indraku terganggu. apapun itu, aku harus menghadapi zombie yang datang kepadaku dulu.
zombie yang ku potong jatuh ketanah. dan selanjutnya, aku menghancurkan kepalanya dengan kaki kananku. itu yang pertama.
aku menebas lagi. zombie yang datang dari belakangku juga kutebas. mungkin karena mayat segar, kekuatan tangan kiriku tidak cukup membelah yang satu ini dan pedangku berhendi di bahunya. tapi aku menarik pedang itu dengan kekuatanku secara paksa dan menghancurkan zombie itu.
[renji, kekanan kanan !]
mendengar suara ermenhilde, aku loncat kekanan. aku berguling di tanah dan kerikil dan ranting melukai kulitku. itu sakit.
tapi, zombie ketiga melompat ke tempat aku berdiri sebelumnya. jika aku tergigit sama monster itu, aku pasti akan terkena racun atau terkena penyakit aneh.
pedang batu giok berubah menjadi energi magic dan menghilang dan muncul kembali menjadi sebuah pisau dan aku lemparkan menembus kepala zombie. pisau lain muncul ditanganku lagi. itu memang dilemparkan oleh tangan kiriku tapi aku sudah berlatih untuk dapat melempar dengan kedua tanganku. walaupun tangan kananku sedikit lebih cepat, jika aku menargetkan dengan benar sebelum melempar, itu akan kena tepat sasaran, di muka zombie.
sunyi. pertarungan kecil selesai. well, hanya ada 3 juga. bahkan goblin akan lebih sulit dari ini untuk sekarang karena goblin bekerja cepat dan bergerak dalam tim.
ketika aku berfikir seperti itu, sekali lagi ada suara rumput bergerak. zombie baru muncul. mereka pasti datang karena suara pertarungan. atau simpelnya mereka mencium bau manusia hidup. apapun itu, itu tidak mengubah apa yang harus aku lakukan.
aku melihat sekilas ke tangan kananku. darah mulai berkeluaran.
"aku harap musuh utamanya muncul dengan cepat."
[yeah, benar....kamu dapat bertahan sampai saat itu?]
"pasti, ntah bagaimanapun itu."
aku menebas kepala zombie yang mendekat.
fuuuu, aku menghela nafas. tengkorak tidak muncul juga. tidak, aku mungkin tidak bisa merasakan keberadaannya dan mungkin tengkorak itu ada disekitar, dan juga tidak berbau. didalam hutan yang busuk ini, mungkin itulah musuh yang terburuk untuk dilawan. jika aya disini, paling tidak ada option untuk membakar seluruh hutan.
berfikir seperti itu, zombie muncul lagi. 3 lagi. pasti dari desa sekitar. dan juga ada 2 dari mereka yang memakai baju. salah satunya mungkin tentara dari ibukota dan itu zombie dengan menggunakan perlengkapan yang bagus.
jika ini permainan, aku akan mendapatkan banyak point exp karena ini. yaaah, zombie juga tidak menjatuhkan banyak uang di dalam game. dengan berfikir seperti itu, aku menenangkan diriku.
aku penasaran jika mururu menyadarinya. jadi agar dia tidak menyadarinya, aku harus bertarung dengan cepat dan terlihat mudah.
aaahh, tanganku benar-benar sakit. mengepakkan jubahku, aku lari dengan kecepatan yang mendorong lumpur dibelakangku. dengan satu tebasan aku memotong kaki dari 2 zombie yang memakai baju. aku menginjak satu dari leher zombie untuk menghancurkannya. rasa dari daging dan tulang yang hancur terasa dari sepatuku. itu menjijikkan tapi aku tidak bisa berhenti sekarang. aku pun mendekati zombie dengan armor.
yang satu ini agak merepotkan. walaupun aku punya ermenhilde, aku masih memmbutuhkan banyak energi untuk memotong armor. aku ragu 1 tebasan cukup. tapi aku juga yakin akan skill ku, aku menargetkan secara bersamaan. seranganku menyerang di sikunya tapi tertangkis oleh sarung tangannya. agak susah untuk untuk mendetailkan seranganku dengan menggunakan tangan kiriku. mengklik lidahku karena seranganku gagal, aku melompat mundur untuk mencobanya kembali.
disaat berikutnya, pedang panjangnya menempel di tempat aku berdiri sebelumnya. tanpa teknik apapun, itu adalah serangan asal-asalan dengan sekiat tenaga karena tanahnya meledak sedikit. pada waktu yang sama, banyak darah keluar dari siku kanan zombie. apaka dagingnya hancur, atau tulangnya menembus dagingnya?
senjata ditanganku kembali menjadi energi magic lagi dan berubah menjadi rapier.
"sangat lambat."
aku menebas dan menembus gap diantara helemnya.
[untuk teknik saja, kamu setara dengan pahlawan lainnya.]
"tidak mungkin, aku hanya berlatih dengan baik dengan monster itu."
sekali lagi senjata di tanganku menghilang dan berubah menjadi energi magic. dan sekali lagi pedang panjang muncul ditanganku.
manusia terkuat yang aku ketahui, komandan ksatria, orang yang mengajariku menggunakan pedang. pisau, pednag panjang, pedang besar, katanan. untuk senjata sisanya, aku mempelajarinya sendiri dalam perjalananku. karena itulah, aku lebih enak menggunakan pedang.
[.... tengkorak itu masih belum muncul.]
"itu normal."
[apa?]
"jika aku tengkorak itu, aku juga akan mencoba membunuh musuhku hanya dengan zombie. tidak perlu bagiku untuk muncul."
ketika aku berbicara seperti itu, banyak zombie muncul lagi. kali ini, tidak hanya tipe manusia, ada juga tipe binatang seperti anjing, goblin dan orc.
biarkan aku istirahat. aku seperti ini menangis.
[tapi itu artinya---- tengkorak itu tidak akan pernah muncul, kan?]
"ya, seperti yang kau katakan."
selama aku memiliki pedang panjang ditanganku ini, partnerku bersamaku, aku tetap bisa melakukan ini.
ini aneh, inikah yang disebut kepercayaan?
sambil berfikir aneh seperti itu, aku tetap bertarung walaupun disituasi yang putus asa ini. aku tidak sendirian, untuk memiliki seseorang yang bisa berbicara denganmu sangat penting. aku memiliki dua alasan untuk tetap bertarung sampai penyerang tidak terlihat memutuskan untuk muncul.
"---ayo lakukan ini."
[yeah.]
konsentrasiku sangat tinggi.
jika tengkorak itu aku, aku tidak akan muncul didepan musuh. karena itu berbahaya.
tapi tengkorak itu tidak muncul sebelumnya. dan karena itu, itu membuat kami sadar bahwa ada musuh yang tidak dapat kami lihat. terima kasih karena itu, kami berakhir disituasi seperti ini. aku harus seperti ini untuk membuat musuh muncul.
dan setelah itu, setelah itu muncul, aku akan menghancurkannya. menghancurkannya, benar benar sesimpel itu.
.
.
.
"wow-- tengkorak sialan itu benar-benar tidak muncul."
[....]
berapa banyak zombie yang telah aku bunuh? dengan compang camping. tangan kiriku terasa berat. sakit di tangan kananku juga bertambah dan tubuhku berada dalam kondisi buruk karena mulau kehabisan stamina.
mengabaikan rasa lelahku, aku mengayunkan pedang ilahiku. jika aku berhenti, aku akan mati. zombie itu lambat, tapi fisiknya kuat. jika aku tertangkap oleh mereka di kondisiku sekarang, aku akan benar-benar dalam bahaya. menganggu gerak zombie, aku memotong kepala mereka dan menghancurkannya.
bersamaan dengan udara beracun dari hutan, keringatku membuatku semakin merasaa sakit juga. karena darah yang keluar dari zombie--- manusia yang mati, jubah dan pakaianku juga menjadi kotor. sepertinya aku harus membeli pakaian baru lagi setelah ini. walaupun tidak seburuk tangan kananku, luka kecil dibadanku juga bertambah. pakaian ini tidak begitu mahal, tapi aku agak suka dengan pakaian ini.
"ayo kita beli pakaian baru ketika kita sampai di ibukota."
[.....kamu masih bisa relaks ya.]
"tidak juga, jujur sih tidak begitu relaks."
tidak peduli betapa hebatnya senjata, tergantung dari penggunanya, kekuatannya terbatas.
monster lebih terbiasa bertarung daripada manusia. monster, raja iblis --- dan mungkin dewa iblis. untuk bertarung dengan mereka, teknik tidaklah cukup. yang sangat dibutuhkan adalah kekuatan untuk bertarung. bertarung seperti manusia dan setengah manusia di dunia ini yang menggunakan magic untuk bertarung, seperti beastmen seperti mururu yang tergantung dari kekuatan fisiknya untuk bertarung.
tapi aku tidak memiliki semua itu. aku tidak memiliki cheat hebat seperti souichi dan yang lainnya, tidak juga aku punya energi magic. yang aku punya hanya teknik bertarung yang kugunakan dengan putus asa. aku tidak punya kekuatan super untuk dipanggil pahlawan. teknik yang dapat dipelajari akan selalu kalah dengan kekuatan yang mutlak.
"tapi, spertinya ini akan segera berakhir.. apakah mururu baik-baik saja?"
[Hm?]
jika itu dia, dia harusnya sudah menyadarinya.
atmosfer disekitar berubah. itu haanya beberapa saat lalu, tapi ada perubahan. ini yang intuisiku, yang terlatih setelah datang kedunia ini dan melalui banyak pertarungan. ini telah banyak menyelamatkanku beberapa kali. sangat susah dijelaskan, tapi aku mempercayainya. yang kuperlukan sekarang adalah membuat tengkorak sialan itu fokus kepadaku.
ah, aku benar-benar ingin menangis. aku sudah bekerja keras untuk mengalahkan dewa iblis setelah datang didunia ini. kenapa aku harus melewati semua ini bahkan setelah aku menyelesaikan pekerjaanku?
suara dari angin terbelah terdengar. Tidak---
"dia disini."
aku melompat kebelakang, tanah pun bergetar karena gelombang kejut. semua mayat zombie terbang ke udara.
magic. itu pasti magic tipe angin yang tidak terlihat. monster ini benar-benar tipe monster yang khusus untuk bersembunyi. jubahku terbang karena gelombang kejutnya, dan kabut yang seperti racun berubah.
aku spesialis dalam pertarungan jarak dekat. jadi jika aku membiarkan tengkorak itu menyerang dari jarak jauh, aku tidak mungkin ada kesempatan untuk menang. dan juga, dia pasti mengerti akan hal itu. tidak ada rasa kaget atau tidak sabaran.
aku akan menuat tengkorak sialan itu berfikir kalau dia tidak bisa mengalahkanku hanya dengan magic. setelah menghadapi pasukan zombie, kali ini aku harus menghadapi magic yang tidak terlihat.
itu akan sangat mudah, Mudah sekali. aku membujuk diriku seperti itu.
[darimana itu datang!?]
"ntahlah? jika aya atau feirona disini, mereka pasti bisa merasakan alur energi magic dan memberitahu lokasinya."
jika saja beberapa perjanjianku dipenuhi lagi, aku mungkin akan bisa merasakannya. tapi itu akan susah di situasi sekarang. sekali lagi aku melihat batu pada pedangku. seperti sebelumnya, hanya 3 yang bersinar. akan lebih mudah kalau itu memberitahuku apa saja perjanjian yang sudah dipenuhi. aku mengeluhkan itu setiap saat.
aku mengklik lidahku dan melompat, dan menyembunyikan diriku di ronggal yang berbeda dari pohon mururu.
dari pandanganku, tidak ada pergerakan didalam miasma(miasma itu kabut beracun). tempat dimana magic diluncurkan masih bergoyang tapi itu bkan tempat yang tepat ketika aku berfikir seperti itu, pohon tempatku bersembunyi terbelah menjadi dua.
aku mengklik lidahku lagi, aku bergerak ke bayangan di pohon yang berbeda. dilindungi oleh pohon, gelombang kejut tidak datang kepadaku melainkan benda tajam kepipiku. pecahan kayu terbang dan menebas pipiku. aku mengelap darah yang keluar dengan tangan kiriku.
"darimana itu berasal?"
[----maaf.]
"tidak apa apa, aku juga tidak bisa melihatnya."
itu sangat menyedihkan tapi kami harus menemukan dulu dimana musuh kami. dari dimana pohon tempatku bersembunyi yang hancur, itu tidak dibelakang kami. aku mengintip dari pohon dan dengan instant, pohon pun hancur. itu tidak benar-benar hancur tapi bongkahan kayu sebesar kepalaku hancur. itu adalah bukti bahwa kekuatan magic tengkorak itu tidak normal. jika itu kena langsung, kepalaku mungkin akan hancur.
tidak hanya serangan ekornya, bahkan magicnya juga kelas tinggi. orc hitam yang kulawan di desa itu juga menggunakan magic tapi ini di level yang berbeda. walaupun mereka sama sama keturunan dewa iblis, mengapa mereka bisa mempunya kekuatan yang berbeda? apakah it bergantung dari ketakwaannya terhadap dewa iblis mungkin? walaupun harusnya tidak ada perbedaan diantara babi dan tengkorak. melihat babi memiliki otak paling tidak harusnya dia lebih beriman kan ?
daripada hal-hal yang tidak berguna, mari kita fokus bagaiamana cara menemukan tengkorak sialan ini sekarang.
aku tidak bisa memberi tahu dimana serangan datang bahkan dari serangan terakhir. walaupun angin tidak terlihat, tapi itu tidak dapat menyembunyikan pergeseran kabut juga.
"apa yang harus aku lakukan?"
[kamu berbicara seperti kita memiliki banyak pilihan untuk menentukan apa yang akan dilakukan.]
"benar sekali. sudah kuduga dari partnerku, kamu mengerti diriku."
aku berhasil membuat monster ini keluar, sekarang selama aku bisa membuatnya nampak--
ketika aku berfikir seperti itu, sesuatu jatuh dari langit. itu menghancurkan ranting pohon, dan itu adalah tulang sebesar 3 meter jatuh ketanah. itu pasti ringan karena tidak menghasil getaran ketika jatuh. karena gelombang kejutnya sedikit, tengkorak itu bergerak lagi. sepertinya dia tidak terkena kerusakan yang parah juga. dan, setelah beberapa detik, mururu datang kesampingku.
"aku menemukannya."(mururu)
"sepertinya begitu."
ketika mururu mengatakan itu padaku seperti normal saja, aku hanya bisa mengangkat bahuku. dia sudah berada di mode bertarung.
dan kemudian, kamu berdua melompat dari pohon. tapi, sepertinya tengkorak itu sudah mengantisipasinya dan membanting ekornya ketanah. apakah itu mencoba untuk membuat kami takut? pasti karena dia telah nampak dan terluka karena jatuh.
"ekornya..."(mururu)
"Hm?"(renji)
"maaf, aku tidak bisa menghancurkan ekornya."
"tidak perlu meminta maaf. faktanya, aku senang kamu menemukannya."
jadi tengkorak itu berada di atas pohon. well, aku tidak akan menyadarinya. karena itu sangat besar, aku tidak berfikir itu bisa diatas pohon. tapi sepertinya karena itu hanya tulang saja, itu sangat ringan ketika melihat dia tidak mengeluarkan suara keras ketika jatuh dari tempat tinggi.
aku ingin segera menyerangnya ketika dia masih nampak, tapi ekornya menganggu sekali.
"hebat sekali kamu menyadarinya."(renji)
"aku lambat. jika saja aku lebih cepat..."
"aku bilang tidak apa-apa. kamu menyelamatkanku."
[.....kamu begitu baik dengan beastwoman ini ya.]
ntahlah.
tengkoraknya sudah kembali pulih. 9 kaki seperti laba-laba dan badan seperti ular. ekor yang selerti cambuk dan kepala yang memiliki tanduk seperti ogre.
"kita berpencar. yg tidak diserang oleh ekornya akan menghancurkannya."(renji)
"Ok."
pada waktu yang sama aku berlari kekanan dan mururu ke kiri. ekornya menargetkan mururu. pasti dia mengira mururu lebih berbahaya dariku.
"ermenhilde, ayo kita lakukan ini!"
[YEAH!!]
aku menggandi pedang panjangku dengan palu besar ditanganku. aku memegangnya dengan kedua tanganku tapi itu tidaklah terlalu berat. membawa palunya di bahuku, aku berlari dengan itu. melawan tulang, senjata tipe guncangan sangat efektif. pedang lebih mudah digunakan, tapi pali memiliki power yang lebih. aku dapat menghancurkan ekornya dengan sekali pukul.
palu besar hijau giok dan pegangannya emas. pada ujung peganannya ada batu giok yang menampakka berapa batu yang bersinar. dengan kecepatan yang lebih cepat ketika aku melawan zombie, aku dengan cepat berlari mengarah kebelakang tengkorak.
pertarungan antara mururu dan tengkorak sudah dimulai. mururu menangkis serangan ekor, yang memiliki kecepatan yang akhirnya bisa kulihat sekarang, dengan cakarnya. masalahnya seberapa kuat cakarnya dia tidak dapat menerima serangan dari ekor itu selamanya. tujuanku adalah dasar dari ekor.
tapi sepertinya hal itu diketahui dan bola magic tak terlihat ditembakkan kearahku. dengan bantuan dari pergerakan kabut dan intuisiku, aku dapat menghindarinya, tapi kecepatanku melambat. aku akhirnya mengklik gigiku tapi aku tidak bisa mundur sekarang. jika aku mundur aku hanya menambah beban ke mururu. itu harus ku hindari. tidak peduli jika itu menyerangku atau mururu, tengkorak itu sudah menjadi musuh yang susah.
aku menghindar dari bola magic. jumlah bola magic yang ditembakkan kepadaku sangat besar. aku merasa heran dengan jumlah energi magic yang dia punya. dan juga, karena bola magic, mayat zombie terlempar kemari dan mengangguku. aku akhirnya harus menghindari mayat mayat ini juga.
untuk dapat menghadapi kami berdua sendirian, itu benar-benar keturunan dari dewa iblis. tengkorak ini berada pada level yang berbeda dari orc hitam dan ogre. ini adalah musuh yang kuat yang aku lawan selama aku masih disisi souichi dan yang lainnya--- dengan para pahlawan.
[apakah kamu tidak apa-apa, beastwoman!?]
"aku bukan beastwoman, namaku mururu."
karena suara ermenhilde, aku juga melihat kearah mururu. dia agak mundur dari tempat dia mulai bertarung dengan tengkorak itu. dengan fisik kecilnya, beban dari serangan ekor pasti lebih besar dari yang kuduga.
tapi karena bola magic yang berlebihan, aku tidak dapat mendekat juga. darah dari zombie terlempar tercampur dengan kabut dan menjadi asap merah. dan ditengah pertarungan itu terdapat 3meter seperti laba-laba, ular dan tengkorak.
ini seperti aku menghadapi iblis. aku berguman sendiri.
"Tch."
dia sangat kuat. hanya karena dia lebih suka serangan mendadak bukan berarti dia lemah.
ketika melawan mururu, dia bisa menembakkan bola magic kearahku juga. ada kemungkinan dia jiga akan menggunakan magic area jika kami memberikannya celah menggunakannya. jika dia melakukan itu, aku mungkin tidak apa-apa, tapi mururu pasti tidak dapat selamat dari itu.
kami tidak bisa menghentikan serangan kami. tapi, kami juga tidak bisa mendekatinya. jika saja ada perjanjianku yang terbuka lagi---
ketika berfikir diasaat dihujani bola magic, aku berakhir berfikir bodoh. satu-satunya yang dapat aku dapatkan adalah, persetujuan dari dewi astrarea. hanya itu, 2 lainnya, aku pasti tidak akan mendapatkannya sekarang.
[Tchh--- renji, beast woman dalam bahaya!]
"aku tahu!"
melihat kearah mururu, dia berhenti menangkis ekor danhanya menghindarinya.
maaf, aku hanya bisa meminta maaf dikepalaku. jika saja aku bisa menghancurkan ekornya denga cepat. tapi karena aku menghadapi pasukan zombie tadi, staminaku juga berkurang. tangan kananku juga sakit dan semakin parah sampai aku tidak bisa merasakannya lagi. jangankan paluku, aku bahkan tidak yakin aku bisa mengayunkan pedangku dengan benar. aku sekarang hanya bergerak murni karena adrenalin. ketika adrenalin hilang, aku tidak akan bisa bergerak. sebelum itu, aku harus mengalahkan tengkorak ini.
aku masih menghindari tembakan peluru magic. tiba tiba ada suara *don*, bola peluru yang berbeda mengenai tanah, berdengung di telingaku. ketika aku melihat ke mururu, ekor tengkorak menembus pohon.
pikiranku menjadi jernih. tanpa mencoba berfikir apa yang terjadi, au langsung berlari ke arah tengkorak, menggunakan kekuatanku di tanganku yang memegang ermenhilde, dan pada waktu yang sama energi magic giok hijau menyembur keluar.
dalam waktu instant, aku berada di belakang tengkorak. aku berlari, berlari dan berlari---!!
"PERGI KAU KENERAKA !!!"
tengkorak itu menraik ekornya dari pohon dan bergerak.
tapi itu lambat.
sebelum itu dapat bereaksi, aku memukul paluku. energi magic giok hijau menghilang tepat ditengah ekor.
pada waktu yang sama, tengkorak itu menembakkan bola magic yang tak terhitung jumlahnya kepadaku yang dalam posisi mengayunkan palu. aku berguling di tanah berkali-kali sampai akhirnya aku berhenti karena menabrak mayat zombie. itu dipenuhi darah dan bau busuk dari daging.
tapi akhirnya, step pertama selesai. aku berdiri menggunakan paluku sebagai bantuan. melihat mururu dengan muka khawatirnya yang langka, aku mengeluarkan senyum.
"sekarang pertarungan sebenarnya dimulai dari sini."
[ya, ayo kita lakukan ini. kita harus cepat mengalahkannya dan mencari aya dan yang lainnya juga.]
serius. ini bahkan belum berakhir. masih banyak yang harus aku lakukan. itu membuatku depresi.
[kita perlu mengobati lukamu juga.]
"sayangnya, kamu tidak bisa melakukan apapun untuk itu. aku akan mencoba meminta nona francesca mengobatiku."
[.......]
yeah, seluruh tubuhku sakit sekali.
yaah, ini bukan musuh yang mudah pada awalnya. ketika aku melihat ke aray mururu, dia tidak memberikan tanda ingin menyerah. tapi, dia bernafas berat. menghadapi ekor pasti memakan banyak staminanya.
musuh kami masih memiliki magicnya dan ada kemungkinan dia memiliki senjata rahasia lainnya juga. tengkorak itu adalah tipe yang menggunakan serangan mendadak walaupun itu kuat. walaupun itu tidak baik untuk terlalu berhati-hati, akan sangat bodoh pula untuk terlalu percaya diri akan kemenangan kami juga.
"ayo selesaikan ini, ermenhilde, mururu!"
[yeah, saatnya untuk menyelesaikan pertarungan ini.]
".....OK."(mururu)
mururu berbicara dengan suara lembutnya. itu sangat susah didengar, tapi seperti itulah dia.
aku agak tenang mendengarkannya. bertarung, menang, bertahan hidup, bertemu aya dan lainnya, dan pergi ke ibukota.
untuk itu---
"aku adalah orang yang menbunuh mastermu!"(renji)
aku tidak tahu apakah itu paham akan perkataanku. tapi seranganku, energi magic giok hijau, tengkorak itu paling tidak paham siapa aku. dia pun mengganti target dari mururu ke aku, dia mengarahkan muka tengkoraknya kepadaku.
ya, itu benar. akulah yang membunuhnya. di pertarungan yang seperti neraka itu. di tempat dimana banyak orang mati yang tak terhitung jumlahnya. banyak yang kehilangan nyawanya.
hanya sebentar saja, aku menutup mataku.
hitam, hitam, hitam, hitam--- aku membunuh dewa iblis itu, yang memiliki kulit berwaran kegelapan, dengan temanku, bersama dengan mereka... dengan ermenhilde.
"KUBUNUH KAU, DASAR KAU TENGKORAK SIALAN!!"
ketika aku membuka mataku, aku mengatakan apa yang aku sumpahkan.
seolah-olah meraung tanpa suara, tengkorak itu menghantamkan 8 tulang kakinya yang seperti laba-laba itu ketanah.