hari ini mood saya lagi bagus ni.... mungkin langsung selesai 2 chapter ???.. semoga waktunya cukup hehe....
(●≧ω≦)9 (●≧ω≦)9 (●≧ω≦)9
Chapter 32 : Hutan Jiwa-Jiwa Busuk (5)
Penerjemah : MasariuMan
aku menghindari tendangan dari tengkorak dengan mendekatkan diri dan mururu juga melakukannya. tengkorak itu pasti bersiap untuk menggunakan magic besar. karena ekornya sudah hancur, pergerakan tengkorak agak kaku.
pengendalian serangan magic bertubi-tubi juga berkurang, dan dengan panik menyerang kami dengan kakinya. dia tidak mungkin dapat mengenai mururu dengan serangan seperti itu. delapam kakinya masih sehat tapi tulang rusuknya compang camping.
tapi, dia tidak menggunakan magic sekarang. tapi diwaktu yang sama, walaupun dia diserang oleh mururu, dia tidak membiarkan aku mendekatinya. apakah gerakannya jadi lambat? atau karena dia waspada kepadaku? aku mengklik lidahku untuk keseian kalinya sambil memegang paluku karena seranganku gagal lagi.
[ada apa, renji?]
"tidak ada apa-apa."
nafasku semakin berat. tanpai kusadari aku sudah kehabisan nafas. padahal aku sangat bangga dengan staminaku.
sambil memegang pali dengan kedua tanganku, aku melihat ke tangan kananku. luka itu. fakta bahwa aku tidak merasakan sakitnya lagi itu berarti lukanya semakin parah danberbahaya. itu membuatku ingin menyerah, tapi aku tidak bisa menyerah begitu saja. akupun tertawa aneh. haaa~~~~..... kenapa aku selalu terliat dalam hal yang merepotkan? apakah aku memiliki keberuntungan yang buruk, atau aku dihantui sesuatu? fakta bahwa aku bisa berfikir seperti itu, aku tidak bisa membantahnya.
"kamu khawatir padaku?"(renji)
[...muuu]
"aku akan baik-baik saja. aku benci bertarung, tapiaku tidak berencana untuk kalah."
ketika aku mengatakan itu, aku bis amerasakan ermenhilde terkejut. dia sangat mudah dimengerti, mungkin karena itulah dia adalah partnerku.
aku tidak berencana untuk kalah. aku tidak boleh kalah -- jika aku kalah, aku akan mati. aku akan mati di hutan ini.
"inilah sebabnya aku benci bertarung dengan monster."
[.....Hm?]
"tidak ada apa-apa. ayo kita lanjutkan, ermenhilde---"
aku melihat kearah mururu, dan tanpa mengatakan apapun, kami berdua lari kearah tengkorak bersamaan.
tengkorak itu memfokuskan kepadaku, aku dapat merasakan itu.
aku menghindari serangannya yang dapat membelah tanah. kemudian, aku memakai momentumku untuk mendekat dengan cepat tapi, dia menggunakan kaki lainnya untuk menyerangku. aku menangkis serangan ini dengan pegangan paluku.
"---guhh!?"
tekanannya sangat kuat dan aku bisa merasakan rasa sakit di tangan kananku lagi. hanya dari satu serangan, aku membuat jarak lagi. untung saja aku tidak terpelanting seperti serangan sebelumnya, tapi terdapat banyak perbedaan antara kekuatan monster dan manusia. fakta bahwa kami berdua harus menang adalah sesuatu yang membuat ini sulit. jika kami tidak berpisah dengan aya dan yang lainnya, aku tidak akan ragu untuk lari dari musuh dengan level ini.
ketika aku menerima serangannya, mururu mendekatkan dirinya dan menyerang badan tengkorak. cakar tajam itu memberikan retakan pada tulang. kami pasti, secara perlahan, memojokkannya. jika dilihat secara saksama aku dapat melihat banyak luka pada badan tengkorak.
tapi, didalam benakku aku masih merasa tidak enak. apakah musuh sekuat ini dan menakutkan ini mudah dikalahkan. tidak mungkin hal itu benar.
"kamu tidak apa-apa?"(mururu)
"yeah, aku tidak apa-apa. kalau kamu?"
mururu, muncul di sampingku tanpa kusadari dan bertanya seperti itu.
pandangan khawatirnya ketika dia melihatku membuatku merasa tidak enak/ malu.
mururu juga mulai kelelahan. dilihat dari dekat, aku sadar baju putih dan rambutnya menjadi kotor. ada luka kecil juga di kulit putihnya.
aku benar-benar ingin pertarungan ini berakhir segera, jadi dia bisa membersihkan dirinya. yaaah, jika pria sepertiku mengatakan itu, aku akan dicap sebagai mesum.
ketika kami berdiri bersama, tengkorak berhenti bergerak dan melihat situasi. pasti karena dia waspada karena kami bersama. walaupun ketika dia menggunakan magic, dia tidak memberikan sensasi sepsifik.
"aku masih bisa bertarung."(mururu)
"kalau begitu, aku akan menerima serangannya. seperti sebelumnya, kamu mendekat dan menyerangnya."
"... kamu yakin?"
"ya, aku akan baik-baik saja."
dia pasti sadar karena suaraku berubah. tidak hanya pandagannya, suaranya juga terdengar khawatir. agar dia tenang, aku memberikan senyumku.... walaupun aku berharap bibirku tidak keram.
mau gimana lagi. aku tidak punya pengalaman memberikan senyum ketika aku mau. aku tidak tahu bagaimana dia melihat senyumku yang kuberikan ketika memandang tengkorak, tapi aku merasa mururu agak tenang sedikit.
"ayo kita selesaikan ini segera. aku sudah leah dengan semua ini."
"Un."
[kalian benar-benar kurang tegang...]
"aku tidak akan tegang hanya karena bahaya dari level seperti ini."
aku dan miruru memberikan senyum kepada perkataan ermenhilde.
itu bukan karena kami menghadapi monster kuat, tidak mungkin aku tegang. tengkorak memang diatas skillku, tapi aku tau monster yang lebih kuat daripada tengkorak sialan ini.
ini mungkin terdengar aneh tapi bertarung dengan musuh yang sangat kuat memberikanmu pengalaman. dan aku sudah bertarung dengan monster yang lebih kuat dari tengkorak ini. pengalaman itu, fakta bahwa aku masih selamat dari monster itu, adalah satu dari senjata yang kupunya.
"AYO !"(Renji)
"Yeah."
pada dasarnya, aku tidak banyak pilihan juga. aku tidak dapat menghindari serangan tengkorak, dan tengkorak itu hanya mengincarku. jadi aku hanya bisa bertindak sebagai umpan. ini tidak ada bedanya dengan strategi asli kami. yaaah, ini tidak bisa dibilang strategi juga.
sekali lagi, aku berlari ke arah tengkorak dengan miruru. seperti yang diharapkan tengkorak itu menargetkanku dan kaki seperti laba-laba itu mengarah kepadaku. aku menerima serangan itu, dan menghindarinya. pada waktu yang sama, mururu mendekat dan menyerang. tapi musuh kali ini agak berbeda. tiba-tiba, aku merasa dingin di punggungku dan aku punya firasat buruk.
"AWAS!!"
tanah dibawah mururu berdiri dan menyerang menjada tombak batu. tapi sepertinya mururu sudah mengetahui serangannya jadi mururu menggunakan tombak itu sebagai pijakan dan melompat dan kemudian menyerang kepala tengkorak. sungguh kelincahan yang hebat!
dia tidak memiliki cheat seperti kami juga. hanya ada sedikit orang yang dapat bertarung seperti itu. walaupun dia seorang beastwoman, itu sangat menakjubkan.
tapi, aku tidak boleh hanya berdiri dan kagum saja disini. magic yang menyerang mururu aktif lagi walaupun dia terkena serangan.
"kuh!?"
[MENGHINDAR, RENJI!!]
JANGAN MEMINTA SESUATU YANG SANGAT MUSTAHIL!!
aku bisa menghindari serangan langsung tapi kaki kiriku tertebas. ini menjadi semakin buruk, tengkorak sialan itu. dia dapat menjadi transparan, bisa menggunakan magic, dan juga keturunan dewa iblis.
sambil aku mengeluhkan rasa sakit di kakiku, aku menghindar tombak keduda dan ketiga. ketika aku fokus pada serangannya yang dari abwah, bola magic tidak terlihat ditembakkan kepadaku. aku tidak dapat merasakan serangan itu jadi aku menangkisnya dengan pegangan paluku dan melayang.untung saja itu terkena pegangannya, tapi aku tidak bisa beruntung 2 kali. aku langsung berdiri, dan langsung berlari. pokoknya, aku harus tetap bergerak atau aku akan mati terkena tombak itu. luka baru dikakiku juga sakit jadi tapi aku mengabaikannya.
mururu bergerak lebih baik daripada aku tapi dia tidak dapat mendekati monster itu. tombak batu dan bola magic yang tida terlihat, dan juga serangan dari 8 tulang kaki. mururu menghadapi situasi yang lebih buruk dariku, sangat menakjubkan dia masih bisa menghindari semua itu.
aku agak sedikit bingung karena serangan mendadak tapi, musuh juga tidak ada waktu untuk relak karena dia juga terkena banyak serangan juga. aku memegang paluku dengan kuat. aku harus bisa menyerang bagaimanapun caranya dan menyelesaikannya.
tapi, bagaimana?
aku bertanya pada diriku sendiri. serangan tengkorak itu ganas, aku tidak dapat melewati semua itu. sekarang kaki kiriku terluka juga, aku pada situasi bahkan berlari sangat susah. walaupun aku tebunuh jika aku berhenti, aku harus mencara cara membunuh musuhku juga.
[......apakah kamu... tidak apa-apa?]
"apakah aku terlihat baik-baik saja?"
tanpa menjawab ermenhilde, aku bertanya balik kepadanya. dia tidak berkata apa-apa. itu normal. tangan kananku dalam kondisi dimana aku bahkan tidak merasakan sakitnya lagi, belum lagi luka-luka kecil ditubuhku yang semakin bertambah. dan luka baru di kakiku menambah berat semua ini. aku bahkan tidak yakin berapa lama lagi aku dapat bergerak.
sekarang atau tidak sama sekali. tapi, aku hanya memiliki 4 perjanjian yang dilepaskan. ini jauh dari rasa puas. melawan keturunan dengan level seperti ini, aku tidak yakin jika kekuatan ini dapat mengalahkannya.
"tapi, yaaah, aku tidak dapat menyerah juga."
aku tidak boleh kalah. aku tidak boleh kalah disini.
walaupun disituasi mematikan, aku tidak boleh menyerah. aku harus menghadapinya. agar tidak terbunuh, aku harus membunuh duluan. aku harus tetap bertarung.
walaupun aku benci hidup seperti itu. walaupun hidup seperti itu sama seperti pahlawan yangmana aku tidak mau menjadi pahlawan.
aku sekali lagi harus memakai jalan hidup itu.
itu adalah situasi yang selalu ermenhilde inginkan. tapi ermenhilde sekarang lebih khawatir kepadaku daripada fokus ke musuh. jika kamu ingin dirimu dianggap sebagai senjata, abaikanlah emosi seperti itu. itulah mengapa aku tidak mau melihatmu hanya sebagai senjata. dan jika kamu berharap seseorang seperti pahlawan yamada renji, maka percayalah sepenuhnya padaku.
tapi aku tidak pernah percaya akan kemenangan mutlak---aku bukanlah pahlawan.
aku dan ermenhilde. kami bukanlah pahlawan atau senjata. kami hanya pasangan manusia yang membunuh dewa dan partnernya yang percaya padanya.
itu saja. itulah yang seharusnya terjadi.
"sekarang...."
aku menatap tengkorak itu. mata kosongnya menatap kepadaku.
di tatapan matanya yang kosong itu, aku dapat merasakan percaya dirinya akan kemenangan. walaupun itu hanya tengkorak.
"jangan meremehkanku, kau tengkorak sialan."
tiba-tiba, setengah badannya dan keempat kakinya hilang di sinar panas. aku menggunakan tangan kiriku untuk menutp mataku dari silau yang tiba-tiba muncul. serangan magic itu datang dari bawa tanah, membelah awan sampai keatas. di dunia ini yang sudah malam, cahaya terang muncul sesaat. hanya satu orang saja yang dapat menggunakan magic dengan level kekuatan seperti itu. aku percaya pada mereka.....akhirnya mereka selamat juga, aku sangat lega. semuanya terjadi dengan instant tapi itu semua pasti nyata. kehilangan setengah tubuhnya, tengkorak itu jatuh ke tanah. tengkorak itu seperti seekor binatang yang menunduk kepada sesuatu yang kuat. yaah, sesuatu yang kuat itu bukan aku juga.
"...... apa itu barusan?"(mururu)
"seperti biasa, dia sangat menyolok."(renji)
aku membalas gumaman mururu seperti itu. aku mulai berjalan ke tengkorak yang jatuh. dia tidak menyerangku dengan magic lagi. kamu membutuhkan konsentrasi yang kuat untuk menggunakan magic. kehilangan keempat kakinya, walaupun dia tengkorak, dia pasti susah untuk berkonsentrasi.
aku mendekat kearah tengkorak itu tanpa merasakan simpati sedikitpun dan menaikkan paluku.
kepala tengkorak dengan tanduk dan mirip seperti ogre bergerak dan melihatku.
"....."
dan sepert itu, tanpa mengatakan apapun, aku menghancurkan kepalanya.
bagaimanapun sulitnya pertarungan, itu selalu berakhir seperti ini. tidak ada rasa gairah, benar-benar antilimaks. jika film berakhir seperti ini, pasti para penonton meminta uangnya kembali. ini sangat berlaku melawan monster. karena kami tidak bisa memahami omongan kami, tidka ada alasan untuk menanyakan kata-kata terakhirnya.
dengan pose yang sama setelah memukul dengan palu, aku menghela nafas.
"aku lelah."(renji)
[itu yang kamu ucapkan pertama kali setelah semua ini?....]
"tapi itu memang seperti diriku kan?"
[itu menyedihkan....sangat-sangat menyedihkan.]
well, maaf kalau begitu.
palu hilang dan menjadi giok berwarna energi magic, dan badanku kehilangan kekuatannya. dengan terbunuhnya keturunan dewa iblis, semua perjanjianku tertutup kembali. sungguh menyedihkan.
"apakah ini sudah berakhir?"(mururu)
"yeah."
tengkorak menjadi lumpur hitam dan menyatu dengan tanah. itu sama dengan dengan keturunan dewa iblis yang aku kalahkan sebelumnya. setelah mengkonfirmasinya, aku duduk ditanah.
"serangan itu, apakah itu renji?"(mururu)
"itu bukan seranganku, itu aya."
sambil melihat lubang yang ada di perkemahan kami, aku menyadari kalau mereka ada dibawah tanah tapi aku tidak menyangkan dia akan menembakkan magic api dari bawah tanah. ada kemungkinan antara mururu dan aku akan terkena serangan itu dan kami akan mati.
berfikir seperti itu membuatku merinding, tapi, semua sudah berakhir. mari buang pikiran itu. jika aku terlalu memikirkannya,a ku tidak akan bisa tidur.
disebelah lubang yang dibuat dari serangan magic yang menghancurkan tengkorak, aku dan miruru duduk disitu. ngomong-ngomong, ukuran lubangnya berdiameter 2m. aku dan miruru pasti akan lenyap jika serangan itu mengenai kami sedikit saja.... aku benar-benar harus berhenti memikirkannya, itu buruk untuk hatiku.
"kau tidak apa-apa?"(renji)
"hanya lelah."(mururu)
[.....apakah kalian ini kacang dan kulitnya?]
"benarkah?"(mururu)
"kami tidak begitu mirip."(renji)
kehabisan sesuatu untuk dibicarakan, kami dengan diam menatap kearah lubang.
setelah bertarung begitu sulit, hampir mati, dan juga tidak menyerah....... pada akhirnya, aya hanya mengalahkan tengkorak itu dengan satu serangan yang entah darimana datangnya.
aku selalu berfikir tentang itu, ntah bagaimana aku merasa aku selalu berada disituasi begini.
walaupun bertarung dengan susah payah, semuanya diambil souichi atau aya, atau temanku yang lain. tidak, aku sudah cukup puas asal aku selamat saja.....
ketika aku sedang berfikir, mururu, yang duduk disebelahku, melihat kearahku.
"apakah aku hebat?"(mururu)
"yeah, kamu hebat sekali...."(renji)
aku mengelus kepalanya seperti aku mengelus aya dan yang lainnya di masa lalu.
rambut lembut dan tebalnya terasa enak.
[apa yangkamu lakukan?]
"memujinya."(renji)
[kenapa?]
"hanya ingin melakukannya saja."
ketika aku menghabiskan waktu seperti itu, aku mendengar suara datang dari lubang.
setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tangan ramping muncul. mururu berjaga-jaga, tap aku mengetahui tangan itu. ketika aku memegang dan menariknya, aku melihat muka yang tidak asing. setelah melihat muka itu, aku akhirnya, dari lubuk hatiku, benar benar lega. tangan lembutnya benar-benar seperti wanita. ketika dia keluar dari lubang, dia benar-benar kotor. tidak hanya bajunya, rambut dan mukanya juga. dan juga, bajunya melekat dengan badannya. nona francesca memiliki tubuh yang hebat, ini benar-benar pemandangan yang menggoda.
"jadi kamu selamat, nona francesca?"(renji)
aku menghindari pandanganku dari dirinya yang kotor dan juga menggoda.
"ah, renji-sama!"
"berhentilah memanggilku dengan -sama."
setelah menarik nona francesca keluar, berikutnya, feirona keluar dari lubang. dia sama dengan nona francesca, benar-benar kotor. bajunya juga basah. mungkin mereka jatuh di bawah tanah yang penuh air atau sesuatu?
"apa yang terjadi?"(renji)
"aya-dono menerbangkan kami dengan magicnya."
"begitu."
jadi aya mengunnakan magic terbang kepada mereka berdua untuk keluar dari lubang itu. dia benar-benar hebat. tidak ada dari mereka yang terluka. mereka hanya penuh lumpur saja. hebat sekali bagaimana aya dapat membuat mereka berdua keluar dari lubang tanpa luka dan tanpa terkena batu sedikitpun walaupun mungkin tidak ada sumber cahaya dibawah tanah.
yang terakhir keluar apsti aya. setelah aku menarik feirona keluar, dia membersihkan dirinya dengan tangannya. dia bahkan terlihat ganteng hanya dengan bertingkah seperti itu. walaupun dia tidak berhasil membersihkannya.
"kami khawatir kalian tiba-tiba hilang."(renji)
"kami diserang oleh monster, dan juga dibawah sana tanahnya bergemuruh ketika kamu terjebak."(fei)
"sepertinya begitu. itu juga lubang yang sangat besar."
ketika aku membicarakan tentang libang di perkemahan kami, muka nona francesca menjadi pucat.
fakta bahwa kalian selamat bahkan setelah jatuh dari lubang seperti itu, aku bisa katakan kalian benar-benar beruntung.
"dan ada pasukan slime dibawha tanah juga. untung saja aya bersama kami."(francesca)
".....Slimes."
[.....Slimes, eh..]
mururu dan ermenhilde bergumam diwaktu yang sama.
slimes. organisme bersel tunggal dengan badan seperti jelly. serangan fisik tidak berpengaruh kepada mereka. mereka adalah musuh alamiku dan mururu. sepertinya mururu juga sadar karena dia juga menyebut sime dengan suara yang terganggu.
aku juga, tidak punya ingatan yang bagus tentang slime.
walaupun itu musuh kelas terendah di dalam permainan, itu benar-benar merepotkan di dunia nyata.
pedang dan tombak tidak bekerja tapi obor atau serangan magic sangat efektif. cairan tubuh slime memiliki variasi efek mulai dari racun atau melumpuhkan musuh untuk mencairkan baju yang dipakai untuk menurunkan pertahanan. karena itu, aku tidak dapat mengatakan berapa kali aku melihat neraka. terutama, karena perempuan di grupku.
ketika aku mengingat kembali tragedi karena slime, feirona melihat kearah tangan kananku.
"sepertinya kalian juga mendapatkan masalah."
dia berkata sambil melihat ke lukaku. nona francesce kaget dan menutup mulutnya dengan tangannya setelah sadar akan kondisiku.
"yeah, aku hampir mati. aku hanya selamat karena murru."
"un."
mururu menepuk dadanya dengan bangga. itu sangat lucu jadi kami bertiga pun tertawa.
akhirnya, tangan ramping muncul dari lubang.
"Yokkoi, Sho!" (TN: tidak ada arti, ini sama saja dengan 'heave-ho' atau seperti itu)
aku tidak berfikir kalau anak perempuan harus berbicara seperti itu.
aya, yang muncul dari lubang, sama juga dengan yang lainnya, kotor dan berlumpur. kotorannya lengket pasti karena cairan dari slime.
normalnya dia selalu terlihat seperti bermatabat dan memiliki kecantikan dewasa tapi sekarang mukanya seperti anak-anak.
"yo."(renji)
".....eh?"(aya)
"mukamu yang aneh."
ketika aku mengatakan itu, dia dengan diam kembali kedalam lubag. dia benar-benar cepat. apakah kamu ini tikus tanah? (TN: tsukkomi itu )
"ayolah, keluarlah.. ita masih perlu menyiapkan perkemahan lagi."(renji)
aku memegang pergelangan tangannya dan menariknya keluar. tanpa menahan, aya keluar dengan mudah. alasan mengapa dia terasa ringan pasti karena aku memakai ujung lubang sebagai pijakan untuk menggunakan beberapa kekuatanku. dia kelaur dengan mudah, benar-benar antiklimaks.
dia mungkin tidak mau dilihat dengan penuh kotoran jadi aku pikir dia akan menolaknya. sama seperti dia terlihat dewasa, dia juga membenci dilihat kalau dia lemah.
dia tidak selalu ingin dilihat sempurna tapi dia selalu mencoba memperlihatkan sisi terkuatnya.
"kamu tidak apa-apa?"(renji)
"aku tidak ap---- TUNGU, RENJI-SAN!! KAMU TERLUKA !?"(aya)
"yeah. mururu juga."
aya menyentuh lukaku dan itu membuatku makin sakit. aku sudah melakukan pertolongan dasar tapi lukanya sudah mkin parah sehingga baju yang diikatkan disekitar luka sekarang menjadi merah. lukanya tidak besar tapi terlau banyak mengeluarkan darah. ketika aku berfikir seperti itu, tiba-tiba, kakiku kehilanga seluruh kekuatannya. huh, tanpa memahami apa yang terjadi, aku jatuh kebelakang.
[renji?]
suara ermenhilde terasa menjauh. dan suaranya bukan khawatir karena aku jatuh tapibingung karena dia juga tidak mengerti mengapa aku tiba-tiba jatuh.
bahkan aku sendiri tidak yakin mengapa ini terjadi. ketika aku memikirkan itu, kali ini, seluruh tubuhku kehilangan kekuatannya.
setelah mengalahkan tengkorak itu dan bertemu dengan temanku, mungkin aku terlalu relaks. sungguh menyedihkan. pingsan hanya karena itu.
aku berusaha meminta maaf tapi hanya bibirku bergerak tanpa mengeluarkan suara.
setelah menggerakkan bibirku beberapa kali, itu sangat menganggu.
aku menutup mataku.
semuanya tiba-tiba gelap.
--seseorang menggoncangku. suara itu bergemuruh seperti gema tapi aku tidak bisa menangkap apa maksiudnya.
aku lelah.
karena itu, aku pun membiarkan kesadaranku pergi.