hai~~ saya kembali lagi nih... update chapter baru lagi hehehe... karena covid outbreak kemarin saya sibuk berhubungan saya kerja di rumah sakit, jadi tidak ada waktu untuk menerjemahkan... jadi yaaaah saya hanya tidur saja kalau sudah pulang karena lelah... "covid masih belum selesai jadi untuk selanjutnya bagaimana bang ?".. yaah karena sudah new normal, jadi agak sedikit kendor deh.. saya usahakan akan update terus dong hehe... DOAKAN SAYA YAA BIAR SELALU SEHAT DAN TETAP UPDATE, KALIAN JUGA SEHAT SEHAT YA :D ... SEMANGAAT...
♡^▽^♡ ♡^▽^♡ ♡^▽^♡
Chapter 29 : Hutan Jiwa-Jiwa Busuk (2)
Penerjemah : MasariuMan
malam hari, 4 hari setelah memasuki hutan. sambil menyiapkan tendi, aku melihat kelangit. ditutupi oleh kabut, matahari tidak dapat terlihat tapi sedikit cahayanya dapat menembus nya.
aku mengira kami akan keluar dari kabut ini besok, tapi zombie dan hantu yang muncul sangat banyak. apakah itu hanya imajinasiku saja mereka muncul untuk menahan kami disini.
ada banya hal tidak terduga seperti kesehatan feirona dan juga tengkorak raksasa. aku mungkin tidak sabaran untuk keluar dari sini secepat yang kumau tapi itu sama saja dengan bunuh diri untuk berjalan dengan kuda dimalam hari. walaupun ada elf yang memandu, kami tetap saja akan diserang tiba-tiba.
dan walaupun aku tidak terburu-buru, kami juga akan keluar dari kabut ini besok. aku masih dapat menahannya untuk beberapa hari. yaaah, biasanya juga seperti itu dan sudah terbiasa dengan hal tidak terduga. dari pengalamanku di dunia ini, besok adalah hari yang sangat melelahkan untuk kami.
aku pun menghela nafas karena mengetahui medal pada kocekku tetap diam.
[.......]
"kamu ngambek?"
[aku tidak ngambek. aku hanya berfikir sesuatu.]
"oh?"
dia sedikit berbohong, untuk sesaat, aku bingung mau jawab apa, tapi yaaah aku biarkan saja.
mungkin dia tidak bisa menerimanya, dia pasti ngambek kenapa aku tidak menggunakannya sebagai senjata. dia bisa lucu juga kalau saat sepert ini. akupun memberikan senyum sedikit, ermenhilde menghela nafasnya karena kecewa. aku putuskan untuk mengabaikannya dan mengumpulkan ranting kering untuk api.
"mururu, berapa banyak yang kamu kumpulkan?"
"hanya sedikit."
aku melihat dia yang melakukan hal sama denganku, dia hanya mengumpulkan sedikit saja dan cukup di genggam dengan satu tangan.
mungkin karena ketebalan kabut, yaah mau gimana lagi kebanyakan rating menjadi lembab. yang kami kumpulkanmasih sedikit. kamu masih membutuhkan lebih banyak lagi. dia mengerti juga akan hal itu dan dia kembali mencari rating kering setelah menjawabku. dia tidak akan mengatakannya tapi dia pasti juga kelelahan. di hutan seperti ini, bahkan indra dari beast woman tidak dapat digunakan, yang mana dia pasti merasa kesal akan hal itu. yaah manusia spertiku tidak akan mengerti hal itu.
"aku akan mengumpulkan sisanya jadi kamu dapat beristirahat kalau kamu mau."
"tidak apa-apa. ini tugasku."
"begitu..."
satu hal yang aku pelajari selama perjalanan kami adalah anak ini memiliki tanggung jawab yang tinggi akan tugasnya. tentu saja bisa dilihat dari faktanya dia menerima permintaan dari dewa roh sendirian dan datang ke kota sendirian.
tapi karena dia orang yang linglung atau tidak memiliki sikap peduli, kesanku padanya adalah dia adalah anak yang bebal.
dia adalah tipe yang akan menyelesaikan apapun yang dia mulai. bahkan sekarang, dia bekerja keras walaupun dia lelah. kupikir itu sangat menakjubkan untuk anak kecil. itu normal sih untuk petualang.
tapi karena dia menganggap ini 'normal' baginya untuk melakukan ini, itu sangat menakjubkan dan beharga.
"apa yang akan dibuat oleh nona francesca untuk makan malam ya?"(renji)
"....asalkan bisa ku makan, apapun itu tidak masalah."
"haha-- benar juga."
walaupun itu terdengar kasar, aku setuju dengannya.
dari pejalanan sebelumnya, akulah yang memasak. itu karena nona francesca adalah seorang bangsawan, jadi dia tidak tahu cara memasak.
itu mungkin penilaian satu sisi hanya dariku saja tapi itu benar. makanan kemarin disiapkan oleh aya tapi... yaah, kalian dapat mengetahui hasilnya.
itu adalah makanan yang membutuhkan keberanian untuk memakannya.
aya sepertinya sudah berlatih banyak 1 tahun ini. dia membuat makanan dengan gembira sampai-sampai aku kebingungan bagaimana menghindarinya. yah itu jauh lebih baik dari pada satuh tahun lalu. yaah walaupun aku tetap di marahi padahal aku sudah memujinya. sudah kuduga, itu pasti karena aku memberi tahu ke yang lain betapa buruknya dia memasak dulunya.
"yaah, itu menyenangkan juga."(renji)
"kekerasan terhadap bahan makanan tidak dapat dimaafkan."
[...., sampai sejauh itu, eh ?]
haaa~~ aku tersenyum kecut di pikiranku.
sepertinya anak ini bukan hanya tukang makan, tapi dia juga memiliki perasaan yang dalam terhadap makanan.
itu tidak uruk juga---- tapi bukan juga sesuatu yang dapat di puji. karena yang berbicara seperti itu adalah teman kami sendiri, aku tidak dapat menentukan mau merespon seperti apa.
aku akan kalah apapun respon yang kuberikan. yaaah, aku hanya bisa berharap keahlian memasak nona francesca meningkat. kurasa dia akan bisa lebih baik segera karena dia menyukai belajar.
walaupun demikian, kebanyakan makanan kami pada perjalanan hanya daging kering dan kerupuk. aku ragu akan mudah untuk memasak selain itu. walaupun aku, feirona atau mururu dapat mencari daging dengan menangkap binatang liar juga. daging itu akan terasa baik dengan membakarnya. itu akan sangat bagus kalau kami bisa merebus daging itu dan rumpul liar.
aku mulai menjadi lapar hanya dengan berfikir seperti itu. sambil memegang perutku, suara keroncongan kecil keluar.
"renji... bisakah kamu..."
"Hmm?"
tidak beberapa lama setelah mengumpulkan ranting, mururu berbicara.
ketika aku melihatnya, dia telah mengumpulkan banyak rating di tangannya. ntah itu dia atau feirona, aku bukan tandingan mereka dalam menyiapkan perkemahan.
"ada apa?"(renji)
"kamu bisa memasak?"
aku melihatnya dengan ekpresi tercengang karena pertanyaannya yang mendadak seperti itu. yaaa, mungkin bukan sesuatu mendadak mengingat kami berbiaca tentang makanan.
"normal saja menurutku. aku bisa membuat sesuatu paling tidak bisa dimakan."
yaaah, aku tidak berfikir aku tidak bisa masak juga.... aku membuat banyak makanan dan tidak pernah di komplain sama souchi dan lainnya.
"benarkah?"
"laki-laki biasanya pada level normal. yaah mungkin feirona... di level yang tinggi."
[benar. elf itu sepertinya dia pandai memasak.]
athmosfer disekitar feirona mengatakan dia dapat melakukan apapun. apa karena dia ganteng ?
gambaran dia memasak akan terlihat seperti lukisan atau semacamnya juga. pada kasus itu, bukankah itu membuat nona francesca menjadi cantik secara natural?
ini mungkin terdengar aneh mengingat aku yang berfikir semua ini, tapi itu hanya penilaian secara kasar. aku tentu saja tidak bisa mengatakan itu didepan nona francesca. pada dasarnya, dia wanita bangsawan, dia mungkin tidak pernah memasak dalam hidupnya. aku pikir itu hebat dia masih dapat menghasilkan sesuatu yang dapat dimakan. aku ingin melihat masa depannya.
"bagaimana denganmu? pernahkah kamu memasak sebelumnya?" (renji)
"apakah membakar daging dapat dihitung?"
apa-apaan itu. ini pertama kalinya seseorang mengatakan itu.... yaaah tidak juga sih...
dulu, aya dan utano juga sama seperti itu. itu benar-benar kesalahpahaman bahwa semua perempuan dapat memasak. itulah khayalan terbesar disini. yaaah, itu masuk akan juga. kamu tidak dapat mengharapkan orang yang tidak pernah memasak sebelumnya dapat membuat sesuatu yang enak.
"lain kali, mungkin kamu dapat belajar dari aya atau feirona?"
"aku lebih suka hanya makan saja."
balasan langsung. aku tidak dapat membalasnya kembali. aku pun menghindari pandanganku dan melanjutkan mengumpulkan ranting.
itu benar-benar seperti mururu karena dia mengatakan itu. aku khawatir dengan masa depan anak ini.
"katakan, mururu..."
"apa?"
"apa rencanamu ketika selesai dari perjalanan ini ?"
"kembali ke hutanku.. mungkin."
"begitu..."
"aku tidak yakin tapi, aku ingin mencoba makanan-makanan lain---"
ketika dia mengatakan itu, dia membuang semua rantingnya ke tanah dan dengan cepat mendekatiku.
jibah putihnya kotor tapi dia tidak peduli akan hal itu dan menatap ke tempat dia berdiri sebelumnya. kerena sikap tiba-tibanya, aku juga membuang rantingku dan memegang pisau besiku.
"ada apa!?"
"ada sesuatu disitu!!"
kemudian, dengan instant mururu menebas udara dengan cakarnya. terdapat suara clank yang besar, dan percikan api muncul.
[musuh!?!]
"aku tidak tau!!"
karena mendengarkan sedikit suara angin terbelah, aku pun lompat mundur. ketika aku melakukannya, tempatku berdiri sebelumnya meledak.
"magic!?"
debu-debu pun bertaburan, senjata penyerang yang tidak terlihat menjadi terlihat. senjata itu disembunyikan menggunakan magic tapi itu tidak nampak dan tidak bersuara. sambil berjaga-jaga untuk suara angin terbelah lainnya, aku melihat ketempat dimana kabut seperti racun itu sedikit bergoyang. mungkin disitulah tubuh utama dari musuh. itu sangat jauh. itu bisa saja menggunakan sesuatu seperti tentakel untuk menyerang. dan itu juga serangan yang jauh dari jarak serang kami. itu sangat pintar.... aku bisa menyimpulkan kalau itu bukan hantu atau zombie. dan jika itu dapat menggunakan magic, itu mungkin adalah monster yang merepotkan. tapi apakah ada monster seperti itu di hutan ini? sebelum aku menjawab pertanyaanku, sekali lagi aku mendengar suara angin terbelah. keringat dingin mengalir di punggungku.
lokasi musuh tidak pasti, dan juga tujuan serangannya juga tidak pasti. karena aku panik dengan sesuatu yang tidak dapat kulihat aku pun telat menentukan aku harus menangkis atau menghindar.
"kuh!?"
[renji, mundur sekarang !]
aku menangkis serangan itu dengan pisau besiku tapi tangan kiriku menjadi mati rasa dan aku melepaskannya.
aku bisa menahan teriakanku yang hampir kulakukan karena serangannya. aku pun mengikuti kata ermenhilde dan mundur untuk membuat jarak dan bersembunyi di belakang pohon. di lain sisi, mururu memotong serangan musuh yang tidak terlihat tanpa menunjukkan kelemahan.
mungkin karena insting liarnya, atau mungkin saja dia mendeteksi arah serangannya. yang pastinya, skillnya hebat sekali.
"Aya! Feirona!!"
tanpa malu, aku memanggil temanku dengan berteriak nyaring.
aku menggigit lidahku. apakah monster ini menunggu kami berpisah? monster ini sangat cerdas dalam gerakannya, dia pasti percaya diri kalau dia bisa mengalahkan kami berdua.
insting seperti itu muncul lebih sering pada monster atau beastmen daripada manusia seperti kami. itu juga menjengkelkan. aku ingin memanggil mururu tapi ragu. sampai yang lainnya datang, aku tidak ada pilihan lain tapi membiarkan mururu menghadapi monster ini dengan semua kekuatannya. aku tidak ingin menghancurkan konsentrasinya.
"ermenhilde."
[OK]
dengan kata itu, pedang panjang perak muncul di tanganku.
dari 7 batu giok yang ada di ganggangnya, 2 bersinar. aku tidak tahu kondisi apa yang telah tercapai tapi hanya 2 saja tidak cukup kuat untuk menjadi senjata. aku mengklik lidahku karena jengkel tapi itu tidak dapat mengubah situasi. senjata untuk melindungiku hanya berubah dari pisau ke pedang panjang, itu saja. aku sekali lagi mengkonfirmasi pada kabut itu. dari yang kulihat itu sepertinya asa bergoyang, seperti tentakel, mencambuk sesuatu dan menyerang mururu. gerakannya benar-benar cepat. itu sangat tidak mungkin untukku untuk mengikuti gerakannya hanya dengan 2 perjanjian saja yang dipenuhi. aku hanya bisa mengkonfirmasi bahwa kabut itu bergoyang.
jika terus seperti ini, mururu akan berada dalam bahaya. tidak peduli seberapa kuat dia, aku tidak tau berapa lama dia dapat melawan musuh yang tidak terlihat. mururu lebih ke serangan cepat. hanya dengan berdiri di satu tempat dan menerima serangan musuh itu bukan cara dia bertarung. dia mungkin tidak bergerak karena dia tidak bisa mengetahui dimana musuhnya. jika kamu tidak dapat melihat musuhmu lebih baik diam di tempat dan fokus bertahan saja, dia pasti berfikir seperti itu.
haruskah aku menunggu yang lainnya atau haruskah aku bergerak? aku membuka dan mengepalkan tanganku terus menerus untuk menghilangkan mati rasanya.
"kita akan menyerangnya."
[OK.]
aku melompat keluar dari pohon besar tempatku sembunyi dan berlari ketempat dimana yang aku perkirakan bahwa itu sumber dari lokasi musuh. karena gerakanku yang tiba-tiba datang ketika serangannya di tangkis mururu, gerakan musuh berhenti sebentar. dia pasti ragu mau menyerang siapa diantara kami.
tapi keraguan itu hanya sebentar dan dia menyerangku. dengan melihat kembali goyangan di kabut, aku memprediksikan tempat dan timing dimana serangan akan datang. pendang silver di tanganku berderit karena terkena serangannya dan tubuhku serasa kaku untuk sesaat. seberapa kuat monster ini sih? aku berteriak di dalam kepalaku.
tapi kemudian, mururu lari kearah yang sama. tidak sepertiku, dia dapat dengan cepat mendekati musuh dan menebas dengan cakar cantiknya. suara sesuatu hancur yang keras berbunyi melalui hutan. tapi tidak ada darah.
melihat itu, kami pun menjaga jarak dari musuh. tempat musuh berada sekarang semakin mulai terlihat. pasti karena serangan mururu.
yang pertama kali kulihat adalah , semuanya putih. tidak begitu murni, atau putih yang indah seperti mururu, tapi agak kusam, kotor--- itu adalah tulang. ukurannya seperti gajah dewasa. memiliki 4 kaki, seperti laba-laba tapi badannya panjang dan langsing seperti lipan. kepalanya seperti orc dengan satu tanduk. dan yang paling mencurigakan adalah kecepatannya dalam bergerak dengan ukuran besar begitu; sangat cepat sampai-sampai nampak seperti lebih dari 1.
"mu-"
tubuhku bergerak cepat daripada aku mengingatkan mururu.
aku menangkis serangan, yang bisa kulakukan dengan mengikuti, intuisiku. pedang yang kupegang terpelanting dan badanku terbang tidak dapat menahan serangannya.
kemudian, badanku jatuh ke tanah dan aku berguling dan aku menabrak pohon. semua udara keluar dari tubuhku dan pandaganku sedikit kabur karena kekurangan oksigen. tubuhku tertatih-tatih ke tanah tak berdaya tapi itu hanya beberapa saat saja. aku memaksakan tubuhku untuk bergerak lagi, aku berdiri dengan memegang pohon yang barusaja aku tabrak. mungkin akan lebih mudah jika aku tertidur disini tapi aku tau jika aku melakukan itu, aku tidka akan bisa bangun lagi.
[RENJI!!! RENJI!!]
"aku dapat mendengarkanmu. jangan berteriak di telingaku...."
kemudian, ada rasa yang tidak asing berada di tanganku. aku memegang itu dengan kedua tanganku, aku melakukan kuda-kuda seigan yang sering dilihat di kendo. (T/N : silahkan google seigan untuk melihat bentuknya.)
badanku menegang dan aku mendengar suara kaku berjalan. kemudian, aku memotong ekornya dengan counterku. gampangnya, itu sangat susah tapi aku masih memegang pedang dengan penuh percaya diri.
tapi, tidak ada serangan yang datang padaku lagi. hanya nafas berat yang terdengar ditelingaku.
berapa lama aku berdiri seperti ini? akhirnya, sesuatu menyentuh pedangku dan aku pun menggerakkan pedangku kedepan dan....
"tidak apa-apa sekarang."
mendengar suara itu, keteganganku berkurang. itu adalah suara yang sudah terbiasa kudengar.
"--mururu?"
"Un."
"Haaah..."
suara yang tenang itu pasti suaranya. dan itu menandakan bahwa pertarungan telah berakhir. menyadari bahwa yang menyentuh ujung pedangku adalah jarinya, semua keteganganku hilang dari tubuhku.
dan aku pun jatuh kembali ke tanah dan menghela nafas sedalam dalamnya.
"apa yang terjadi pada monster itu?"
"dia lari."
"....benarkah?"
"Un."
padahal itu adalah kesempatan bagus untuk membunuhku. mungkin dia merencanakan untuk membunuhku dengan mudah setelah aku melemah?
iya mungkin seperti itu. aku mulai merasa depresi. mengetahui bahwa dia tau kapan waktunya mundur, mungkin dia sudah biasa diburu. atau terlepas dari penampilannya, dia adalah pecundang. apapun itu, itu tidak mengubah fakta bahwa sangat susah dilawan. hampir tidak nampak, dan sangat kuat juga. itu benar benar curang! aku memakinya dikepalaku.
kemudian aku merasakan sakit di tangan kananku. ketika aku melihatnya, tedapat tebasan yang dalam di bahuku ke siku. menerima serangan seperti itu, aku sangat beruntung hanya luka ini saja yang kudapat. pada kasus terburuk, mungkin seluruh tanganku akan putus.
aku sangat lelah hanya dengan menahan luka ini tapi aku harus segera menghentikan pendarahannya juga.
"kamu baik-baik saja?"(mururu)
dia bertanya dan khawatir ketika melihat tanganku.
merasa senang karena dia khawatir kepadaku, pipiku mengendur tanpa sadar. walaupun itu sakit, untung saja kami selamat dari cobaan ini. aku merasa lebih baik dengan berfikir seperti itu.
"ya, aku baik-baik saja."
tapi kita tidak dapat tetap seperti ini. mengingat yang lain tidak datang kemari sampai saat ini berarti ada sesuatu yang terjadi di sisi mereka juga.
aku berdiri dengan bantuan pohon lagi dan mulai berjalan kearah yang kuanggap arah ke tenda.... dan aku pun berhenti.
"kemaana arah ketenda?"(mururu)
".....maafkan aku."
karena pertarungan ini, aku benar-benar kehilangan arah kami. pohon-pohon yang sudah kutanda sebagai tanda sudah hancur karena pertarungan tadi. aku tidak dapat mengetahui dimana barat dan timur.
murru juga sama dand ia berdiri disampingku.
"Oi, Feirona!!"
aku berteriak dengan suara keras tapi tidak ada jawaban.
pasti ada sesuatu yang terjadi dengan mereka juga. kami tidak terlalu jauh mencari ranting juga. mereka harusnya sadar akan pertarungan yang besar telah terjadi.
kesimpulan yang aku dapatkan bahwa mereka juga diserang. tapi aku ragu bahwa ada lebih dari satu monster seperti itu disekitar... aku tidak mau berfikir seperti itu. ayo jangan langsung berfikir skenario terburuk. jika tidak, kami hanya berdiri disini seharian.
waktu pun berlalu, aku berfikir apa yang akan dilakukan selanjutnya. sangat berbahaya jika kami langsung sembarangan mencari lokasi tenda juga. kami pasti tersesat. tapi sebentar lagi malam tiba. dan hantu akan berkeliaran dimanapun. sebelum itu, aku benar-benar ingin bertemu dengan yang lainnya.
"mururu, bisakah kamu mencium dimana monster atau aya?"
aku bertanya itu tapi dia menggelengkan kepalanya. aku dapat melihatnya juga dari telinga serigalanya terjatuh lemas.
"apa ada sesuatu yang terhadi?"(renji)
"hm?"
"kamu terlihat kurang bersemangat dari biasanya."
diwaktu yang sama, aku mengkonfirmasi lukaku juga. lukanya agak dalam tapi tidak mengenai tulang. urat nadi juga sepertinya baik-baik saja jadi darah tidak keluar terlalu banyak seperti yang kubayangkan. keberuntungan kecil dalam malapetaka, eh? ini sangat sakit sekali sampai aku ingin menangis tapi aku tidak akan mati.
mururu menolongku untuk memotong lengan baju kananku dan mengunakannya untuk mengikat tangan kananku dengan kuat untuk menghentikan pendarahan. paling tidak ini dapat berguna sementara. rasa sakit berkurang dan pikiranku juga menjadi lebih baik.
"bersemangatlah miruru, kita akan segera bertemu nona francesca dan lainnya."
"un. tapi apakah mereka akan baik-baik saja?"
"yeah, mereka akan baik-baik saja. mereka tidak akan membuat kesalahan sepertiku."
dengan mereka berdua disitu, mereka paling tidak dapat mengurusnya dan melindungai nona francesca juga.
aku agak khawatir tapi aya ada disitu juga. mari percaya bahwa mereka baik-baik saja. situasi kami sekarang lebih bermasalah. kami tersesat dan tidak memiliki barang juga serta 1 orang terluka juga. jangankan menjadi beban, luka seperti ini, harusnya kamu mengabaikanku dan meninggalkanku. well, aku ragu mururu sedingin itu.
"mari kita buat tempat kita sekarang menjadi pusat kita dan berkeliling sebentar. harusnya kita tidak jauh dari tenda."
"Un. kita, harus mengobati lukamu juga."
"itu juga tapi aku lebih khawatir dengan mereka."
kami berdua adalah penyerang garis depan sedangkan mereka bertiga penyerang garis belakang. ini tidak bisa dibilang tim yang seimbang. kami harus bertemu secepat mungkin karena kemungkinan aku yang akan jadi target selanjutnya. aku telah melemah dan tidak ada banyak kondisi untuk membuka perjanjianku jadi aku tidak dapat bertarung dengan baik.
sambil berfikir seperti itu, aku sadar ermenhilde tidak mengatakan apapun sampai saat ini.
"oi, ada apa?"
aku memukul kocekku dengan tangan kiriku.
[.....maafkan aku.]
ntah mengapa, dia meminta maaf dengan suara yang berat.
aku pun memiringkan kepalaku dan bingung. apakah sesuatu yang aneh terjadi? aku tidak dapat menemukan maksudnya. apakah dia hanya khawatir tentang serangan dari monster itu? tapi itu tidak ada hubungannya dengan ermenhilde kan?
"Hm?"
[walaupun aku tetap mengatakan sesuatu seperti aku akan berguna untukmu, inilah hasil yang didapatkan.]
"tidak, ini bukan salahmu."
akulah yang terlalu lemah.
faktanya, suatu keajaiban kami dapat selamat setelah menghadapi sesuatu seperti itu. mururu dan ermenhilde tidak bisa disalahkan juga.
"jangan khawatir partner. kita akan menang berikutnya."
[........yeah.]
dia masih depresi. sekarang gimana caranya aku menghibur partnerku ini yang depresi hanya karena sesuatu yang aneh? ketika aku berfikir, aku merasakan jubahku di tarik pelan.
ketika aku berbalik melihat, mururu melihatku dengan mata yang keatas. SHIT!!! Dia sagat IMUT!!!
"ada apa ?"(renji)
"kamu berbiaca dengan siapa?"
Ah.
"setelah kupikir, aku belum membiarkanmu mendengarkannya, ayo ermenhilde, sapa dia."
[ada apa dengan itu......... tidak... well... sudahlah...mungkin tidak apa-apa.]
biasanya dia akan membentakku tap kurasa mentalnya down sekali dari yang kubayangkan.
menurutku, tidak apa-apa selama aku masih hidup. seperti biasanya, dia keras kepala.
melihat kebawah, aku melihat pisau besiku yang kupakai sebelumnya. pisau itu benar-benar rusak. aku mengambil ganggangnya tapi itu tidak dapat digunakan juga. aku memasukkan ganggangnya ke tempatnya. kurasa sekarang aku akan bergantung pada ermenhilde.
[Hm Hm, bisakah kau mendengarku BeastWoman?]
"!?!"
bahu kecilnya terangkat karena terkejut. sepertinya dia dapat mendengarkan ermenhilde.
[Namaku Ermenhilde. sebuah pedang pahlawan dan senjata pembunuh dewa yang diberikan kepada Yamada Renji oleh Dewi Astrarea.]
"itro seperti apa itu. aku tidak cocok sebagai hero."
sudah berapa banyak aku mengatakan itu, idiot.
aku menghela nafasku.
"un, senang bertemu denganmu."(mururu)
tapi, rekasi mururu simpel sekali dari yang kubayangkan. dia mungkin sudah mendengar tentangku dari aya atau nona francesca sebelumnya. dia pasti sudah dijelaskan sebelumnya ketika pahlawan besar seperti aya mengambil permintaan ini.
[Mu......]
tapi sepertinya, ermenhilde lebih suka kalau dia lebih kaget karena sepertinya dia tidak menerima reaksinya.
dia kaget ketika kamu berbicara pertama kali kan? puaslah dengan itu.
"perkenalan telah selesai, sekarang mari kita bergabung dengan aya dan lainnya secepatnya."
jika ini tetap berlanjut, kami akan diserang lagi, mururu mungkin akan baik-baik saja tapi aku pasti akan mati.
aku mulai berjalan sambil melihat pohon-pohon yang mungkin saja ada tandaku. mungkin ini berkah kecil karena sekitar lebih mudah dilihat karena pertarungan tadi. aku memutuskan untuk melihat sekitar dengan tempat ini sebagai pusatnya.
aku berharap kami dapat berganbung dengan yang lainnya sebelum matahari terbenam.
ketika aku berfikir optimis kalau kami dapat meninggalkan hutan ini besok, hal ini terjadi. hal ini benar-benar menghancurkan hatiku tapi aku tidak boleh menyerah.
ada seseorang yang lebih muda 10 tahun dariku. aku tidak boleh menyerah sebelum dia. ayo kita lakukan yang terbaik dan tetap berjalan. aku akan mengantarkan anak ini ke ibukota dengan selamat. PASTI!!.