MasariuManTranslation

Hidup Santai Di Perbatasan

#
ಠ_ಠ ヽ(゜Q。)ノ? ┌(☆o★)┘
Penerjemah : MasariuMan

o-nii~~ C H A N !!!!!

 

˚)☞          ☜(˚˚)☞          ☜(˚˚)☞

 

Chapter 49  : Rindu Hanya Karena Sehelai Rambut

 

Penerjemah : MasariuMan

 

 

 



 

 

dipagi hari, aku menyelesaikan persiapanku untuk pergi ke pegunungan.

 

"Aku pergi dulu."

 

"berhati-hatilah, ini, bento-mu."(masariuman: bento itu bekal makan siang khas jepang)

 

"Terima kasih."

 

90% dari bento itu dibuat olehku. lit hanya membuat telur goreng yang renyah di kedua sisi.

 

pagi ini, dia tiba-tiba ke dapur dan berkata bahwa dia ingin memberikan bento kepadaku ketika aku pergi.

 

Dia bilang kalau hanya memberikannya kepadaku tidak akan cukup jadi dia ingin memasak paling tidak satu lauk dan akhirnya hanya membuat telur goreng.

 

"Mufu"

 

Lit tampaknya puas setelah memberikan bento kepadaku.

 

Saat aku menuju ke pegunungan, aku melihat kesatria di tengah jembatan dan menghalangi orang-orang yang ingin menyeberangi jembatan.

 

merepotkan jadi aku mengambil jalan memutar seperti yang aku lakukan sebelumnya.

 

Apakah ksatria itu punya banyak waktu luang?

 

☆☆

 

Tidak, aku tidak mau melakukannya.

 

Di depan mataku ada saluran drainase dengan air limbah dari penggunaan sehari-hari desa serta kotoran bahkan sampah dibuang ke dalamnya.

 

terdapat mainan wyvern yang menyangkut di tempat sampah.

 

"Uaaaaaaaan !!"

 

Seorang anak laki-laki menangis ketika dia menunjuk mainan yang mengambang di saluran drainase.

 

Dia mungkin menjatuhkannya.

 

Bau busuk yang bisa membengkokkan hidung keluar dari saluran drainase dan ada endapan yang taneh menyebabkan orang mengalihkan pandangan mereka karena menjijikkan.

 

mungkin aku bisa menahannya untuk tidak melongnya dan pergi ketempat lain tapi tetapi anak itu terus menangis dan tidak akan meninggalkan tempat itu.

 

Mungkin anak itu tahu tentang karakteristikku. Mungkin dia sengaja menangis.

 

aku berpikir dalam hati dan benih keraguan tumbuh di hatiku, kebencian yang tidak bisa dilepaskan mulai membara di hatiku.

 

aku seorang pahlawan. Pahlawan tidak bisa mengabaikan orang yang membutuhkan.

 

Bahkan jika aku lebih muda dari anak itu.

 

Bahkan jika aku hanya di sini untuk bersantai.

 

Bahkan jika aku sebelumnya mengotori pakaianku dalam situasi yang sama dan ibu memukuliku dan memperingatkanku untuk tidak melakukannya lagi.

 

Perlindungan Ilahi tidak peduli dengan keadaan pribadiku.

 

aku tidak tahan lagi, aku akan melompat ke sana, mengarungi kotoran dan merusak seluruh hariku demi mainan yang bahkan tidak bernilai satu koin tembaga pun.

 

Aku tak berdaya mengambil langkah menuju saluran drainase ... dan sebuah tangan meraih pundakku.

 

"Serahkan padaku."

 

Orang itu melompat ke saluran drainase tanpa ragu-ragu.

 

Sambil mengerutkan kening karena terendam air yang kotor hingga pinggang, orang itu mendekati mainan itu dengan langkah kuat, meraihnya dan kembali.

 

"Ini, jangan jatuhkan lagi ya, dan ingatlah untuk mencucinya."

 

"Terima kasih, Gideon-oniichan!"

 

Anak yang menangis tadi tersenyum bahagia dan lari sambil memegang mainan yang kotor itu.

 

"Fuuu ..."

 

Orang itu melihat keadaaannya yang buruk dan tersenyum kecut.

 

Ketika aku mencoba mendekatinya, dia segera menghentikanku.

 

"nanti Kamu kotor."

 

" … Onii-Chan."

 

Orang itu adalah satu-satunya Onii-chanku.

 

"Maaf."

 

"Kenapa kamu meminta maaf? Ruti tidak melakukan kesalahan kok."

 

"Tapi ..."

 

"aku melakukannya karena aku mau. Jadi jangan khawatirkan itu."

 

"Oke ... Onii-chan?"

 

"Iya?"

 

"Maaf, ternyata aku tidak bisa melakukannya."

 

Aku memeluk Onii-chan tanpa takut mengotori pakaianku.

 

Dia awalnya mencoba mendorongku tetapi setelah menyadari bahwa aku menangis, dia tampaknya menyerah dan membiarkanku.

 

"ayo kita bersihkan pakaian kita bersama."

 

"Ya."

 

aku yakin pahlawan yang sebenarnya sebenarnya adalah orang-orang seperti Onii-chan.

 

Bukan orang sepertiku yang terpaksa melakukannya tetapi orang yang akan melompat ke saluran drainase karena kemauannya sendiri.

 

aku ingin menaklukkan Raja iblis. aku menetapkan tujuan besar untuk menyelesaikan masalah yang menyebabkan orang banyak menderita karena dengan itu aku tidak perlu repot membantu kasus-kasus kecil seperti itu.

 

Sebenarnya, aku tidak peduli dengan nasib dunia ini atau apapun itu.

 

☆☆

 

Pahlawan Ruti dan Tise sedang berjalan di jalan raya yang menuju Zoltan.

 

Ruti tidak mengenakan baju besi yang biasa dia pakai. Dia tidak memiliki Pedang Suci di pinggangnya juga.

 

Ketika Tise memberitahunya bahwa itu akan menarik terlalu banyak perhatian, Pahlawan dengan patuh menyimpan perlengkapannya di dalam tas itemnya dan menghilang di suatu tempat selama sekitar 10 menit.

 

Tise menunggu dan dia berfikir ke mana dia akan pergi dan Ruti kembali sambil memegang pedang.

 

"Aku merasakan ada goblin di sekitar sini jadi aku pergi untuk mengambil senajta mereka."

 

"bukankah itu Pedang Goblin?"

 

Pedang Goblin memiliki 3 lubang di bilahnya.

 

itu seperti akan pecah kapan saja hanya dengan mengayunkannya.

 

"Yah, mereka tidak akan tahu kalau tetap disimpan dalam sarungnya. Ayo pergi."

 

Namun demikian, sarung dan pegangan yang sedikit kotor itu cocok dengan pengelana jadi Tise memperbolehkannya.

 

"oke."

 

Sang Pahlawan tersenyum bahagia ketika idenya diterima oleh Tise tetapi senyum itu begitu samar sehingga Tise tidak menyadarinya. mereka berduapun pergi dari kapal terbang.

 

Padang rumput Zoltan bergelombang saat angin bertiup.

 

Hutan tempat Ruti dan yang lainnya berada sebelumnya sudah menyelesaikan persiapannya untuk musim dingin, tetapi padang rumput Zoltan masih berada di tengah-tengah perubahan dari hijau menjadi coklat jadi itu adalah fenomena aneh.

 

"Tapi di sini lebih hangat."

 

Kata Tise.

 

Ugeuge-san sepertinya tidak terlalu menyukai hawa dingin, jadi dia senang mereka datang ke sini.

 

ugeuge-san melompat di dalam kantong kecil yang digantung Tise di pinggangnya.

 

"benarkah?"

 

Ruti menjawab tanpa ekspresi.

 

dia memiliki kekebalan yang membuat dia tidak dapat merasakan hawa dingin dan hawa dingin tidak lebih dari informasi tentang suhu untuk Ruti.

 

Bahkan hawa dingin dari utara dan panasnya gurun tidak akan menghalangi Ruti dengan cara apa pun.

 

Pada saat yang sama, rasa susu hangat lezat yang dibuat Gideon untuk Ruti selama musim dingin juga tidak bisa dia rasakan lagi.

 

Itu adalah penyesalan yang tersisa di hati Ruti.

 

Setelah berjalan sebentar, ada beberapa orang berkumpul.

 

"Apa yang terjadi? aku akan mencari tahu. "

 

Tise menyelinap melewati kerumunan dengan tubuh mungilnya dan dengan cepat kembali.

 

"Seorang Ksatria menghalangi jembatan. Tampaknya para Petualang yang memiliki kepercayaan diri pada skill mereka telah menantangnya, tapi mereka dikalahkan. mungkin akan sedikit memutar tetapi ada jalan alternatif, apakah kita akan memakai jalan alternatif?"

 

"Tidak, kita akan lewat sini."

 

Ruti langsung menuju kerumunan.

 

"menyingkirlah."

 

"Hei nona, itu berbahaya, ada ksatria yang aneh ..."

 

Pria yang memanggilnya gemetaran sebelum dia menyelesaikan kalimatnya..

 

"Oh, oooh ...."

 

Pria itu secara naluriah minggir.

 

sisanya juga menyingkir karena melihatnya dan memberikan ruti jalan.

 

Setelah Ruti lewat, mereka akhirnya menyadari bahwa mereka ketakutan.

 

Ada seorang Ksatria mengenakan baju besi di jembatan dengan tombak yang terdapat kain melilit ujungnya seolah menandakan bahwa ia tidak akan membunuh lawan-lawannya.

 

Ksatria tersebut adalah seorang pria besar yang tingginya hampir 2 meter.

 

"Bayar 100 Peryl jika kamu ingin lewat sini. "

 

Kata pria itu.

 

Ruti memiringkan kepalanya.

 

"Mengapa?"

 

"Mengapa? Karena aku yang mau."

 

"Begitu... kalau begitu tidak perlu membayar."

 

Ruti berjalan lurus menuju posisi ksatria dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menarik pedangnya.

 

"Ka-kamu, apa sebenarnya ..."

 

sang Ksatria tidak dapat mengerti dengan gadis yang mendekatinya.

 

Dia hanya bisa membayangkan dirinya terbunuh tidak peduli apapn yang dia lakukan.

 

Ketika tise menyaksikan reaksinya, Tise membayangkan bahwa kstaria tersebut akan segera melemparkan senjatanya untuk menyerah.

 

Namun.

 

"Uoooooooo !!!"

 

Sang Ksatria berteriak dengan semangat juang, mengambil langkah besar ke depan dan melepaskan dorongan tajam.

 

"... Eh?"

 

Tise mengeluarkan suara aneh karena tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh ksatria itu.

 

Ruti dengan mudah meraih tombak itu, dengan tangan kanannya.

 

Meskipun sepertinya dia hanya memegangnya dengan santai dengan satu tangan, sang Ksatria tidak bisa menggerakkan tombak sama sekali tidak peduli berapa besar kekuatan yang dia gunakan.

 

"pengganggu."

 

Ruti bergumam pelan dan mengangkat tombak bersama dengan sang Ksatria.

 

ksatria besar itu melayang dan terbang di udara.

 

"Ooooooh!?!?!"

 

Setelah dibuang oleh Ruti, sang Ksatria melewati tembok pembatas dan jatuh ke sungai.

 

"Tise, ayo pergi."

 

"Ya-ya."

 

Meskipun dia ingin bertindak seperti pengelana, mau bagaimana lagi mereka tidak tau apa yang akan mereka lakukan karena tiba-tiba menang dengan sangat mencolok... Tise memegang kepalanya saat dan mengejar dibelakang Pahlawan.

 

 

-------------

 

masariuman: dooh kapan mereka ketemu siih.. si red lagi gak nunggu-nunggu dulu... aaaaa....

o-nii~~ C H A N !!!!!


Genre

Tags

#
MasariuMan
Seorang yang menjadikan menerjemahkan sebagai hobi. Saya selalu berpikir agar orang lain juga bisa membaca apa yang saya baca, terutama yang tidak mengerti bahasanya. Doakan saya agar selalu sehat dan memiliki banyak waktu untuk menerjemahkan agar kalian juga dapat membaca tanpa terputus. aamiin ...
#
Komentar Tanpa Login ?
Untuk berkomentar tanpa login, silahkan masukkan nama anda pada "ATAU DAFTAR DISQUS" dan centang/ceklist () pilihan "Komentar sebagai tamu" (pilihan centang akan tampil setelah memasukkan nama). Saling bertukar pikiran sangat disambut disini, saya yakin kalian dewasa jadi mohon jangan berantem ya.