LENTRONAMAIYAAA !!!!!!!!
(ᗒᗨᗕ) (ᗒᗨᗕ) (ᗒᗨᗕ)
Chapter 42 : Turnamen Pertarungan (1)
Penerjemah : MasariuMan
Bahu kananku yang barusan dipukul terasa panas karena rasa sakit dan terus mengganggu konsentrasiku. Sudah 1 minggu sejak kami dipanggil ke dunia ini. Selama beberapa hari terakhir, aku telah berlatih bagaimana menggunakan pedang di siang hari.
Di tengah-tengah tempat latihan, aku melihat kesatria paruh baya berdiri di depanku. Entah itu tentara lain yang berlatih di sini atau Souichi dan yang lainnya, mereka semua lebih terbiasa menggunakan senjata daripada aku. Mereka tampak lebih alami daripada aku. Dan mereka semua menatapku, dengan rasa ingin tahu.
Sambil memegang pedang yang digunakan untuk latihan yang tumpul dengan kedua tangan, aku mengatur nafasku.
Aku menarik napas dalam-dalam tiga kali; jantungku mulai berdetak lebih cepat, seakan memintaku untuk beristirahat. Tapi aku mengabaikannya. aku mengambil dengan kuda-kuda dengan pedang. Mengenakan armor mithril, ksatria tua ini tampaknya tidak lelah sama sekali dan dia mengayunkan pedang latihannya untuk memeriksa kondisinya. dia tampak bersenang-senang. Dia menikmati berlatih denganku. Meskipun aku dipukuli di berkali-kali, terlempar dan membuat tubuhku sakit sekali. Pedang yang dia pegang lebih tebal dan lebih panjang dari milikku juga. itu seharusnya jauh lebih berat tapi dia tampaknya bersenang-senang dengan itu. Orang ini jelas tidak normal. dia lebih energik, bertentangan dengan usianya, nama ksatria itu adalah O'brien Arbelia.
"Bagus. sungguh enak kalau masih muda, eh. aku khawatir kamu semua akan sombong karena kamu diberi gelar pahlawan tetapi tidak buruk juga, kamu punya nyali."(Ob)
"terima kasih." (Renji)
"Kuku. aku Tidak selalu memuji seseorang lho.... Kamu seharusnya lebih senang lagi, yamada-dono."
"Di malam hari, aku akan diam-diam bahagia tentang ini sendirian."
Beberapa hari setelah dipanggil ke dunia ini, aku belajar banyak hal saat bertarung dengan pria tua ini. Pria ini adalah pembully.
maksudnya, dia akan menghajarkuku, tanpa bertanya. Dan seperti biasa, aku berguling-guling di tanah. aku mengingat kembali dikepalaku sehingga wajahku sedikit keram.
Meski dia lebih pendek dariku, saat menghadapinya seperti ini, akulah yang merasa lebih kecil. Kehadiran dan tekanannya berada di level yang berbeda. Dia bukan manusia seperti aku yang bergantung pada cheat yang diberikan oleh dewi untuk bertarung. Kekuatannya berasal dari mental dan fisik yang ditempa selama bertahun-tahun.
Tubuhku sakit sekali, dan aku sangat lelah tetapi aku masih berterima kasih kepadanya karena telah melatihku. tentara lain tidak akan serius karena alasan formalitas serta Souichi dan yang lainnya begitu kuat sehingga bahkan tidak disebut latihan.
"Ayo, mulai lagi."(ob)
"…… guh."
ujung pedangnya bergoyang-goyang seolah-olah mengejekku. Apakah dia akan berlari ke arahku, atau akankah dia mencoba menekanku secara mental. Aku penasaran apakah reaksiku yang ragu-ragu itu lucu karena O'brien-san tertawa sebentar.
Karena ujung pedangnya menghalangiku, aku tidak bisa mendekatinya dan setiap kali dia mengambil langkah maju aku akhirnya mundur satu langkah. aku tahu ini akan berakhir dengan aku dikalahkan lagi jika terus seperti ini tetapi tubuhku tidak bisa bergerak. walaupun itu hanya pedang tumpul untuk latihan, aku masih merasakan sakit. dan lagi, aku takut kalau kekuatan O'brien-san bisa memotongku, daging dan tulang, bahkan dengan pedang tumpul ini.
"Yamada-san, lakukanlah yang terbaik !!"
"Komandan, tunjukkan sisi kerenmu sekali lagi!"
Mendengar kata-kata terakhir, O'brien-san dengan santai melambaikan tangannya ke arah mereka. Santai sekali. dengan aku sebagai lawannya mungkin dia tidak terlalu perlu fokus.
Souichi memanggil namaku juga, tetapi aku tidak punya keberanian untuk menjawabnya. Hanya berfokus pada jarak antara kami saja sudah lebih dari yang bisa kutangani saat ini. Keringat menetes di pipiku dan aku lebih kuat menggenggam pedang.
"Oioi, kita hanya latihan, tidak berusaha saling membunuh. Lebih tenanglah."(ob)
"—– walaupun kamu berkata seperti itu."
"Kamu belum menyerah dan belum maju untuk mengambil inisiatif juga. Yang tidak kamu miliki adalah, pertama dan terpenting, adalah tekad. "
aku menelan air liur di mulutku. Ya itu benar. aku mengingat kembali kejadian-kejadian yang membuatku dilatih olehnya. Di dunia ini, dipenuhi monster, bahaya di setiap sudut, dan di mana kematian selalu berada di sisimu, untuk bertahan hidup di dunia seperti itu, dan agar aku tidak menjadi beban, aku ingin menjadi lebih kuat.
Mendengar kata-kata O'brien-san, aku menghela nafas dan menenangkan pikiranku. aku tidak bisa menenangkan diri sepenuhnya. aku melangkah maju. Aku menghadap pedangnya. Untuk memotong, mendapatkan luka, membunuh, terbunuh. Pertempuran dengan nyawa sebagai taruhannya. aku masih kurang memiliki tekad penuh untuk melakukan itu tetapi pada saat ini, aku melangkah maju.
"Aku datang."(renji)
"Tidak perlu diberitahu. Datang saja ke arahku, dasar bodoh."
O'brien-san mengambil kuda-kuda. dia menaruh pedangnya di bahunya. Itu adalah kuda-kudanya yang alami. itu terlihat tidak memiliki kekuatan, tapi tekanannya semakin meningkat. Pedang pria ini luar biasa. Setiap serangannya pasti tebasan yang membunuh. jika kamu menangkisnya, kamu akan dihancurkan bersama dengan pedangmu. kamu akan terpotong dengan baju besimu. Itu bunuh diri. Tapi aku tidak memiliki kemampuan untuk menghindarinya juga. Tetapi meskipun begitu, aku tidak punya pilihan selain melangkah maju. Untuk membuktikan bahwa aku memiliki tekad.
aku penasaran apakah dia menyadari pikiranku, karena wajahnya menunjukkan banyak ketenangan. Sambil tertawa senang, dia tetap tenang seperti biasa. aku bergegas mendekat. Perlindungan ilahi dewi dan kekuatan cheat hampir tidak ada dalam diriku saat ini. aku hanya memiliki kemampuan fisik yang sedikit lebih baik dari biasanya. Dan ketika aku bergegas mendekat dengan sekuat tenaga, pria tua itu dengan tenang bertindak. Tepat ketika aku mengira pedangnya bergerak, dia menghantamnya di tanah. Awan debu naik untuk menghalangi penglihatanku.
Tapi, aku telah memprediksi serangan itu. aku Berbalik menuju titik butaku yaitu menuju bahu kananku, aku mencengkeram pedangku dengan erat. aku ragu-ragu sejenak. Mengarahkan pedang ke arah manusia masih membuatku lelah secara mental. Tapi aku membuang pikiran itu, dan mengayunkan pedangku. Dengan bunyi dentang, terasa goncangan yang nyaris membuat tanganku mati rasa. Tebasan pedangku telah dipantulkan dengan serangan dari pedangnya yang bergerak dengan kecepatan yang tidak bisa dilacak. sedetik yang lalu itu menempel di tanah, trik macam apa ini !? Mataku terbuka lebar karena terkejut.
pada saat itu itu, aku benar-benar merasakan tekanan yang datang dari O'brien-san meningkat. Tubuhnya, seluruh kehadirannya, terasa seperti membesar. Aku hanya bisa melihat ketika kesatria tua itu mengangkat pedangnya yang panjang. kemudian, tubuhku bergerak lebih cepat daripada pikiranku dan aku entah bagaimana menangkis serangan itu dengan pedangku. terpelanting karena benturan, aku berguling di tanah.
aku tidak dapat memahami bagaimana nafasku semakin tidak teratur, aku hanya menatap langit sambil berbaring di tanah. Aku tidak bisa merasakan pedang di tanganku lagi. Tanganku benar-benar mati rasa. Semua sendi tubuhku, dan tenggorokanku, karena terlalu banyak bernapas, terasa sangat sakit.
"ayo kita akhiri di sini hari ini. Setelah makan malam, datanglah ke perpustakaan."(Ob)
"Iya."
Saat aku menjawab itu, Souichi mendekat dan menatapku dengan wajah khawatir.
"Apakah kamu baik-baik saja?"
"Hm ........ yaah .. maaf tentang itu."
"Tidak, kamu tidak harus meminta maaf..."
Souichi, kecil dan berwajah anak-anak serta lebih mirip seorang gadis. Mungkin karena saudara perempuannya, Yayoi-chan, lebih dewasa, keduanya tampak seperti kembar. Jika aku mengatakan itu, dia akan mulai merajuk tetapi, yaaaah. Entah bagaimana, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengganggunya. dan cara dia bertindak juga ……….
Misalnya, saat ini, ketika aku meminta maaf, dia memberikan ekspresi malu. Benar-benar mengacaukan pikiranku. akupun berdiri kembali.
Setelah aku berdiri, para tentara mendatangiku satu per satu untuk menghargai upayaku. Untuk beberapa alasan, daripada Souichi dan yang lainnya yang memiliki kekuatan gila, para tentara ini tampaknya lebih tertarik denganku yang dihajar oleh O'brien-san. Aneh sekali. Yah, kurasa lebih baik seperti itu daripada mereka tidak menyukaiku. Jika mereka mengatakan sesuatu seperti aku sangat lemah meskipun aku seharusnya dipanggil untuk menyelamatkan dunia, aku mungkin tidak bisa pulih dari sakit hati itu.
aku pergi dan minum air hangat dari kendi air yang disimpan di dekat ladang. Souichi telah kembali dan mengayunkan pedangnya di tengah lapangan. Dia tidak benar-benar memiliki kuda-kuda tetapi karena kekuatannya yang terlalu kuat, gelombang kekuatan dari pedang saja sepertinya mereka dapat memotong apa saja. aku jadi iru, serius. Karena aku tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki yang lain, aku tidak punya pilihan selain belajar menggunakan pedang secara normal. aku menggelengkan kepala. aku meminum satu teguk air lagi. Sangat enak. Rasanya sangat enak sehingga aku minum terlalu banyak dan akhirnya menumpahkan air dari mulutku dan sedikit membasahi pakaianku. Tapi itu terasa menyegarkan juga. Karena panas dari luka-lukaku dan membebani tubuhku,bahkan air hangat ini terasa enak dan dingin.
"Ah."
"Hm."
Ketika aku berbalik kearah suara itu, seorang gadis dengan rambut setengah panjang, rok lipat dan blus putih dengan blazer berdiri di sana. Sepertinya dia menggunakan seragam sekolah menengah dari dunia asli kami. Di sisinya ada gadis lain dengan rambut hitam. Dia adalah saudara perempuan Souichi, Yayoi-chan. Dia mengenakan pakaian abad pertengahan seperti yang bisa di lihat di film. Dan gadis berseragam itu adalah Yayoi-chan dan teman masa kecil Souichi, Fuyou-san.
Merasakan tatapan dinginnya, aku menggaruk pipiku.
"Kamu terluka sekali lagi ..."
"Ugh .."
"tolong serahkan pertarungan kepada kami, Yamada-san. Aku benar-benar berpikir akan lebih baik jika kamu tinggal di sini di istana bersama dengan Toudou-san dan Yui."(Aya)
Ketika dia mengatakan itu sambil menghela nafas, aku mengalihkan pandanganku dengan perasaan sedih. gadis ini, 10 tahun lebih muda dariku, berkata, aku tidak cocok untuk bertarung. Souichi dan yang lainnya yang mendapat pemberian yang sangat terkait dengan pertempuran dari sang dewi. aku yakin aku tidak bisa menang melawan gadis penyihir ini. Itu benar-benar menyedihkan, namun aku tidak bisa menjawabnya .
Aku ingin tahu apa yang dia pikirkannya tentangku, atau mungkin dia tidak terlalu tertarik padaku.
"aku permisi dulu."(aya)
Sambil membungkuk, Fuyou-san berjalan lurus menuju Souichi. Sebagai gantinya, Yayoi-chan mengarahkan telapak tangannya ke lengan kiriku. aku merasakan kehangatan, kelelahan dan rasa sakitku mulai hilang.
"Ini benar-benar nyaman. magic dan keajaiban. Ini benar-benar dunia fantasi ya?"(Renji)
"Fufu, kamu mengatakan hal yang sama dengan Inoue-san." (Yayoi)
Sambil mengguncang lenganku yang sudah pulih, Yayoi-chan tertawa.
Seperti yang diharapkan, itu lebih baik ketika mereka tertawa seperti ini. Aku tidak benar-benar membenci orang yang berterus terang seperti Fuyou-san, tapi, aku benar-benar buruk dalam berurusan dengan mereka. dan Juga, aku belum pernah melihatnya tersenyum sekali pun. Bagaimana ya, dia selalu bersikap sangat kuat. aku pikir, gadis itu juga tidak tenang sekarang.
"Tolong jangan membenci Aya-chan."(Yayoi)
"un?"
"Yah, dia benar-benar kacau ketika berbicara dengan orang-orang yang dia tidak kenal baik."
"Ahh ...... yah, aku tidak terlalu memikirkannya."
"baguslah kalau begitu."
Tidak, tapi yah ..
Fuyou-san sendiri saat ini sedang berbicara dengan Souichi dan Hiyuu-san yang juga berlatih.
"Aya-chan mengkhawatirkanmu dengan caranya sendiri. dia ingin semua orang bisa kembali ke rumah dengan hidup dan selamat."
"Aku tahu. Yayoi-chan, bukankah kamu benar-benar baik?"
"Fufu, kalau begitu aku permisi dulu."
dia berjalan menuju Souichi juga. Brave sungguh menakjubkan. Meskipun aku sendirian, dia dikelilingi oleh 3 wanita cantik. Salah satunya adalah saudara perempuannya.
Sambil menatap langit, aku menghela nafas. aku butuh senjata. Senjata untuk membunuh dewa. Sehingga aku tidak menjadi beban. Bahkan jika aku tidak dapat sepenuhnya melindungi mereka, setidaknya aku ingin bertarung bersama anak-anak.
Oh, Dewi. kami masih belum memenuhi keinginanku.
Saat aku melihat Souichi, dikelilingi oleh tentara, perasaan sedih muncul di dadaku. Sambil menggelengkan kepala, aku menghela napas dalam-dalam, dan membuang pikiran itu dengan senyum masam.
———- aku ingin menjadi pahlawan juga.
merasa sedikit penasaran, aku mengambil medali yang diberikan kepadaku oleh Dewi. Medali emas. tertanam permata di dalamnya. tidak ada yang terlalu aneh tentang itu. Dewi itu berkata bahwa itu adalah senjata untuk membunuh para dewa. Medali yang terlihat sederhana ini. Apakah aku harus membeli beberapa senjata hebat dengan menjual ini? aku tidak bisa memahaminya sama sekali. Kemarin, bahkan Utano-san mengatakan kepadaku bahwa mungkin itu adalah benda yang gagal.
.
.
.
(masariuman: ok flashbacknya sudah selesai..)
"Puhahahaha — ini, ini sama sekali tidak cocok untukmu!"(ana)
"Apa yang kamu tertawakan begitu keras, dasar lalat!"(renji)
"Siapa yang kau sebut lalat!?!"
[………berisik.]
Ketika aku mencoba menyisir rambutku dengan minyak rambut, gadis yang berbaring di tempat tidurku mulai menertawakanku. Apakah ini tidak cocok untukku? Meskipun aku hanya mengejek di luar, di hatiku, aku menjadi khawatir. Jumlah hal yang dapat kamu gunakan untuk merawat diri sendiri di dunia ini dapat dihitung dengan tanganmu. aku sadar akan hal itu, tetapi pada akhirnya, itu hanya setengah dari pengetahuanku. Daripada ini, akan lebih mudah hanya mengenakan baju besi mewah seperti ketika aku bertemu Raja. Setidaknya, yang harus aku lakukan saat itu hanyalah mengenakannya.
Gadis di tempat tidurku —— peri dengan fitur seperti boneka, Anastasia, sedang berguling sambil tertawa dan tidak memikirkan bahwa bajunya semakin kusut saat dia melakukan itu. Kadang-kadang, kain putih terlihat juga di balik gaun itu saat dia berguling-guling. aku bukanlah orang mesum yang bernafsu pada boneka seperti makhluk kecil. tanpa menghiraukan, aku mulai mencoba memperbaiki rambutku. aku melihat ke cermin dan seharusnya tidak seburuk itu tetapi terlalu ditertawakan membuatku gelisah. aku kira itulah cara kerja pikiran manusia.
Ketika aku mengenakan kemeja rapi dan memasang dasi hitam, aku merasa seperti seorang pegawai yang bekerja di sebuah perusahaan. aku merasa sedikit nostalgia tetapi sungguh ini tidak cocok untukku. aku tertawa kecil. mungkin karena setelah datang ke dunia ini, aku telah menghabiskan sebagian besar waktu menggunakan pakaian berkelana.
"Ermenhilde, bagaimana menurutmu?"
[Yah, kurasa bagus-bagus saja? Masalahnya adalah pakaiannya. punya baju lain?]
"Dari yang kulihat, yeah. aku tidak yakin apakah mereka akan muat denganku lagi …… "
Karena kamarku sama dengan setahun yang lalu, pakaian yang disiapkan untukku dan perabotan, semuanya tetap sama. ada banyak pakaian kelas atas yang terbuat dari kain berkualitas juga. Tetapi masalahnya adalah mereka dipersiapkan untukku 3 tahun yang lalu. aku ragu bahwa tinggi badanku telah banyak berubah tetapi karena otot-otot yang aku peroleh, ukuran tubuhku hampir bertambah besar. Aku penasaran apakah aku masih bisa mengenakan pakaian itu.
Entah bagaimana, aku masih ingat bagaimana mengikat dasi dan bahkan itu mengejutkan diriku sendiri, aku bisa memakainya dengan benar. aku kira kamu tidak melupakan hal-hal yang telah kamu pelajari walau hanya sekali.
"Eeh, gampangnya."(ana)
"aku sudah mempelajarinya."(renji)
"Sungguh tidak biasa."
[Yah, bagaimanapun juga, Renji tidak terlalu peduli dengan penampilan dan hal-hal seperti itu.]
"Umu."
"Jangan katakan itu dengan bangga. Itu tidak keren."(Ana)
Anastasia tampaknya adalah tipe yang memikirkan penampilan diri juga tapi itu sama sekali tidak berguna saat ini karena yang dia lakukan hanyalah menertawakan atau menghela nafas padaku. Ratu yang kasar. Setiap kali aku ingat bahwa ia adalah yang yang paling tinggi dari semua peri, aku menjadi sangat khawatir untuk masa depan bangsa peri.
Nah, para peri lainnya tidak terlalu berbeda dari Anastasia dan bersenang-senang adalah prioritas pertama mereka.
"Tapi tetap saja, ada apa dengan hari ini? Itu benar-benar tidak cocok untukmu sama sekali."(Ana)
"Aku akan pergi makan malam dengan Aya malam ini."
[karena itulah, aku memaksakan arti 'penampilan dan perawatan' ke kepalanya. Kamu merepotkan jadi pergilah, dasar serangga.]
"Siapa yang serangga, dasar kamu wanita medali !? ……..tunggu sebentar."
ada apa dengan suara terkejut itu? ketika aku melihat kearah kasur, peri yang tertawa terbahak-bahak sampai sekarang berdiri. pasti bukan imajinasiku kalau ekpresinya terlihat marah. mungkin karena tingginya, dia menatapku sambil melihat keatas. itu tidak menakutkan sama sekali.
"kenapa kamu tidak mengajakku!?"(ana)
"kenapa aku harus mengajakmu? idiot"
jika aku melakukannya, aku hanya bis amembayangkan apa yang akan aya katakan, atau lebih tepatnya, apa yang akan dia lakukan kepadaku.
dia tidak mengatakan itu secara langsung tapi, aku yakin dia mengharapkan untuk makan malam sendiri, hanya kami berdua saja. dan jika tidak sesuai dengan ekpetasinya---- tubuhku sadar apa yang akan dia lakukan denganku. tidak, bahkan aku tidak dapat tertawa seperti biasanya. yeah, aku tidak bisa bersikap seperti anak kecil terus. aku sudah 28 tahun. hatiku masih muda tapi aku sudah berada di umur dimana aku harus bisa membaca suasana dengan benar.
tapi, anastasia sepertinya ingin makan malam denganku dan dia mengembungkan pipinya sekarang. apa itu maksudnya dia tidak setuju padaku?
"jadi kali ini aya ya.."(ana)
"apa maksudmu dengan 'kali ini'?"(renji)
tolong jangan berbicara seperti aku berkencan dengan banyak waanita. aku melihatnya dengan wajah lelah dan anastasia menggigit jarinya dengan muka serius. bagaimana kamu memandangku? atau lebih tepatnya, karakter seperti apa diriku ini dimata kalian? beberapa waktu lalu, bahkan kuuki berbicara tentang hubunganku dengan perempuan juga. itu bisa membuatku menangis lho... yaah walau aku tidak akan menangis juga...
selain itu, bahkan Utano-san tampaknya lebih ketat dari biasanya tentang kasusku dengan Solnea. Bagaimana aku harus membujuknya? Cara termudah adalah membiarkan mereka bertemu besok dan langsung mengakhirinya untuk selamanya. aku benar-benar ingin terbebas dari semua tuduhan palsu ini. Yah, aku percaya bahwa Solnea itu cantik, tapi itu tidak berarti aku akan mulai bernafsu padanya. Itu bukan kepribadianku. Jika aku melakukannya, aku yakin suatu hari, seseorang di suatu tempat akan berakhir terluka. Bahkan si idiot pun mengerti itu. Belum lagi aku masih belum menyelesaikan perasaanku tentang Eru, kemudian ada juga perasaan Utano-san dan Aya juga.
Harem itu bagus. tapi itu hanya berlaku kalau aku bukanlah orang yang terkait/terlibat akan harem itu.
(bagian 2)
"sudah cukup! Setelah mengalahkan Dewa iblis yang kamu menghilang, akhirnya ketika kita bertemu di ibukota tapi kamu tidak banyak bermain denganku bahkan kamu bahkan tidak mengajakku makan malam. Bukankah kamu terlalu dingin?"(Ana)
"Yah, melelahkan untuk menghabiskan waktu bersamamu." (Renji)
"sikapmu terlalu kasar sekarang."(ana)
[haa~~.]
"Kau tidak bernasib lebih baik daripada aku, wanita medali."(ana)
[tidak mungkin. lagipula aku adalah partner Renji.]
tunggu dulu. kamu selalu merasa kesal ketika aku memanggilmu rekanku. mengapa sekarang kamu mengatakannya dengan senang?
Apakah aku satu-satunya yang merasa sangat bingung saat ini? aku senang namun tidak benar-benar merasa senang tentang hal itu. Ermenhilde tampaknya tidak memahami pikiran batinku. Jika aku bisa melihat ekspresinya, dia pasti membuat ekspresi kemenangan sekarang.
"kalian berdua Berhentilah berkelahi. kamu akan dimarahi oleh Yui-chan."(Renji)
[Muu.]
"Ugh .."(ana)
Aku menghela nafas melihat mereka berdua terdiam hanya dengan menyebutkan nama Yui-chan. Sungguh menakjubkan bagaimana mereka tidak bisa menang melawan seorang bocah. Mereka tahu bahwa Yui-chan akan sedih jika mereka berkelahi; keduanya benar-benar jujur dalam hatinya sendiri. Yah, aku juga sama.
"Tidak adil menggunakan nama Yui, Renji."(ana)
[Ya itu benar. Tidak adil.]
"Mengapa kalian tiba-tiba kompak sekarang?" (Renji)
"kami tidak kompak! Benarkan, wanita medali?"
[Tepat sekali, dasar serangga.]
Serius, apa-apaan ini. Sambil mengobrol dengan Anastasia yang sudah melupakan amarahnya sebelumnya, aku membuka lemari kayu untuk memilih beberapa pakaian. lemari ini Tampaknya terbuat dari kayu berkualitas karena kelihatannya sangat kokoh namun sebenarnya cukup ringan. tidak perlu bersusah payah untuk membuka kedua pintunya. setelah Mengambil beberapa set pakaian, aku menutupnya kembali.
Malam ini kami menuju restoran Toudou, tempat yang tersembunyi namun sangat populer. kamu akan berpikir itu tidak masalah mengingat salah satu dari 13 pahlawan pemilik tempat itu tetapi karena lokasinya yang khusus, itu biasanya tidak populer. tempat itu terletak di pelosok dengan struktur yang rumit.
Selain itu, dia bahkan tidak mencoba mengiklankan tempat itu sama sekali. Jujur, bahkan Utano-san berkata bahwa dia tampaknya tidak benar-benar tertarik untuk melakukannya sebagai bisnisnya. Ngomong-ngomong, aku juga tidak bisa menemukan tempat itu dan harus meminta Utano-san untuk menunjukkan kepadaku lokasinya di peta ibukota.
"nanti aku akan mengajakmu jalan juga oke? Jadi biarkan aku pergi untuk hari ini."(Renji)
"Benarkah?" (Ana)
"Mungkin. Jika aku merasa seperti itu, suatu hari nanti."(renji)
"Jadi pada dasarnya kamu tidak akan jalan bersamaku !?"(ana)
aku dengan santai berkata seperti itu kepada anastasia sambil berfikir pakaian mana yang akan dipilih. bahkan dompetku tidak cukup tebal untuk mentraktir makan malam. Sambil mengabaikan protes Anastasia, aku mencoba beberapa bajuku. Karena sudah hampir dua tahun sejak ini dibuat, seperti yang kamu harapkan, mereka ketat. haaa~~; Aku menggaruk kepalaku sambil melihat ke cermin. sulit untuk membuat/membeli satu set pakaian baru sebelum malam juga untuk sekarang. aku kira satu-satunya jalan yang tersisa adalah pergi ke toko dan membeli pakaian yang dijual. aku memeriksa apakah aku punya cukup uang untuk membelinya.
Tampaknya tidak senang dengan tanggapanku, Anastasia bangkit dari tempat tidur. dia tampaknya menggunakan kekuatan roh angin, roknya berkibar-kibar, membuat pahanya yang tipis, putih namun bagus terlihat terlihat. Serius, itu terlalu menggoda untuk mataku.
"Aku akan membelikanmu sate daging orc panggang untukmu saat pulang, oke?"(renji)
"Mati saja kau!"(ana)
sungguh perkataan yang kejam yang dikatakan sikecil ini. Hanya penampilannya saja yang imut, aku yakin dia populer dengan pria dengan fetish aneh. Seperti Koutarou, mungkin Koutarou, oh dan juga Koutarou. Dia bertingkah seperti chunni tetapi jauh di lubuk hatinya dia seperti itu . pintu kamarku diketuk. setelah jeda sesaat, pintu terbuka dan Yui-chan mengintip ke dalam. Di belakangnya adalah ksatria hantu baja hitam, KNIGHT. Apakah mereka datang mencari Anastasia?
"Oh, Yui."(renji)
"Maaf, Renji-san." (Yui)
"Yo, ada apa yui-chan? Jika kamu sedang mencari Anastasia, bawa dia kembali bersamamu. Dia terus bertengkar dengan Ermenhilde, itu menjengkelkan."(Renji)
"Tunggu, apa yang tiba-tiba kamu katakan!?"(ana)
Anastasia berteriak pada saat yang sama ketika KNIGHT menutup pintu di belakangnya. Yui-cahn, dengan ekspresi sedih, datang mendekati Anastasia yang melayang di dekat tempat tidur.
Bagaimana ya... meskipun aku adalah orang yang mengatakan ini, bahkan akupun merasa sedikit tidak enak sekarang. Melihat Yui-chan seperti itu, Anastasia kehilangan ekspresi percaya diri yang dia miliki ketika berbicara denganku dan ermenhilde dan sedang melihat sekelilingnya dengan gugup. Terkadang dia menatapku, tetapi aku tidak bisa membantunya. Menyerah sajalah.
KNIGHT berjalan di belakang Yui-chan seperti bayangan yang menjaga jarak.
"…… .Ana?" (Yui)
"Itu, bukan seperti itu …… bukan bertengkar. Itu bukan pertengkaran, kan Renji? Bukan, kan !?"(ana)
aku mengabaikannya dan terus mencoba pakaian lain. sudah kuduga semuanya kekecilan ……… tapi aku masih bisa memakainya. yang satu ini mungkin bisa kupakai....
Yui-chan diam-diam mencela Anastasia dan Anastasia terus meminta bantuan. KNIGHT tetap diam seperti biasa dan hanya berdiri di belakang Yui-chan menunjukkan bahwa dia jelas berada di pihak Yui-chan. Ermenhilde dan Anastasia saja sudah membuat ruangan terasa sangat hidup, tapi sekarang terasa lebih lagi jadi aku tersenyum kecut. mungkin pepatah yang mengatakan semuanya akan menjadi berisik ketika wanita berkumpul tidaklah salah.
"Yui-chan, lihat ke sini sebentar, mana yang menurutmu lebih cocok untukku?" (Renji)
aku Mengumpulkan pakaian yang bisa kupakai dan meminta pendapat Yui-chan. Setelah terbebas dari pandangan Yui-chan, Anastasia menghela nafas lega. Kenapa dia begitu lemah hanya kepada Yui-chan? Ya, aku kira siapa pun akan merasa bersalah dimarahi oleh seorang bocah.
Sambil mendengarkan pendapat Yui-chan dan Ermenhilde, aku mulai memilih pakaianku sedangkan Anastasia, mungkin karena bosan, menjatuhkan diri lagi ke tempat tidur. Karena Yui-chan ada di sini, dia tampaknya berfikir untuk tidak membuat bajunya kusut kali ini.
"Renji..."(ana)
"Apa?"(renji)
"Apakah kencan dengan Aya, menyenangkan?"(ana)
"Yah, apakah ini bisa disebut kencan yang sebenarnya atau tidak, ya, itu menyenangkan."(renji)
"ini pasti kencan. Kamu akan makan malam bersama kan?"(ana)
"Sebelum itu, dari mana kamu belajar arti 'kencan'?"(renji)
"Baru saja, dari Yui."(ana)
aku bertanya seperti itu untuk menghindari topik itu tetapi aku sedikit terkejut dengan nama tak terduga yang datang darinya. Yui-chan sepertinya tidak terlalu peduli. yaaah, dia juga 16 tahun sekarang kurasa. Itu normal baginya untuk dalam hal-hal seperti itu. Haruskah aku senang dengan pertumbuhannya atau khawatir tentang hal itu? Ngomong-ngomong, aku ingin tahu apakah ada seseorang yang dia sukai.
Ketika aku melihat ke arah Yui-chan, dia sudah tidak ada lagi. Kapan dia bergerak? Dia saat ini menekan Anastasia di tempat tidur dengan wajah merah. Mungkin dia mencoba untuk menutup mulutnya tetapi karena Yui-chan bukan tipe yang cocok secara fisik, itu hanya tampak seperti yui terjatuh dan menimpa anastasia. Dan juga, keduanya mengenakan rok jadi itu cukup berbahaya. aku batuk sedikit dan aku mengalihkan tatapanku ke arah jendela, tetapi tekanan yang datang dari KNIGHT dan Ermenhilde terlalu luar biasa. jika aku berhati lemah, maka aku bisa kejang-kejang.
"baguslah semuanya sangat bersemangat."(renji)
[kemana kamu melihat? Apa yang kamu lihat? Hm ??]
OI, KNIGHT-san, tolong jangan berdiri di sampingku sambil membuat tekanan kuat seperti itu... Ermenhilde juga, kalau aku melihat Yui-chan dan Anastasia seperti itu, aku tidak akan memaafkan dirku, jadi tenanglah. Tetap tenang.
.
.
Tapi tetap saja.
"ada apa, Renji-san?" (Aya)
"Tidak, tidak apa-apa."
aya Mengenakan gaun biru ketat dan shal tebal yang terbuat dari bulu monster. aku harus mencoba untuk tidak khawatir pada kenyataan bahwa kami berada pada jarak di mana siku kami saling menyentuh. Biasanya Ermenhilde yang tidak bisa membaca suasana hati akan berbicara sesuatu secara acak sekarang, tetapi saat ini dia kutinggalkan bersama Utano-san jadi sekarang agak tenang.
Saat itu malam hari. jalanan sudah tidak ramai lagi dan aku mengingat lagi jalan ketempat toudou.
"Apakah kamu tidak kedinginan?"(renji)
"Fufu, tidak, aku baik-baik saja."(aya)
Aya bersandar sedikit lebih dekat ke arahku. aku berpura-pura tidak menyadarinya, aku menggaruk pipiku dengan tangan yang lain. suasana hatinya lagi baik. aku penasaran apa yang akan dia katakan kalau aku mengatakannya dengan keras. aku penasaran tapi aku memutuskan untuk tidak menanyakannya dan sedikit memperlambat kecepatanku berjalan.
Aya terasa lebih tinggi hari ini daripada biasanya, mungkin karena sepatu hak tinggi yang dia kenakan. Rambutnya yang terurai berayun karena angin dan rambutnya bersinar di cahaya redup dari lampu jalanan. make-up ringan jauh lebih cocok untuknya karena dia selalu sedikit lebih dewasa daripada teman-temannya.
Sambil melihat wajah bahagia Aya, tanpa kusadari aku mulai melihat rambutnya yang berayun. 18 tahun. Tepat antara seorang gadis dan seorang wanita dewasa. Dia benar-benar sudah tumbuh, atau lebih tepatnya, telah menjadi sangat cantik. Aku bpenasaran apakah seperti inilah rasanya seorang ayah melihat putrinya tumbuh dewasa. aku mengubah suasana hatiku sambil memikirkan hal-hal bodoh seperti itu.
"Mungkin kita harus menyewa kuda atau semacamnya." (Renji)
"Jangan khawatir tentang itu. memangnya kamu punya uang sebanyak itu? "(Aya)
"Muu."
"Lagi pula, bukankah lebih menyenangkan berjalan dan berbicara seperti ini?"
aku tidak bisa membantahnya. aku juga berpikir bahwa tidak buruk juga untuk mengobrol sambil berjalan seperti ini. kami melewati berbagai jalan kecil dan akhirnya mencapai toko yang telah diberitahu. didalam gang ini adalah tempat restoran Toudou. Aya juga tahu tempat itu karena dia dengan menarik lengan bajuku untuk memberi tahu ke mana kami harus pergi.
Itu sedikit geli. Aku dengan cepat menyembunyikan senyumku dengan tanganku yang lain ketika kami memasuki gang. Tampaknya cukup bersih untuk gang pelosok dan tidak benar-benar terasa kotor. hanya ada sedikit pejalan kaki. hanya beberapa pasangan sepertinya berjalan di sini.
"Sudah kuduga, benar-benar tidak ada banyak orang di sini, kan?" (Renji)
"Benar. Fakta bahwa bahkan restoran Toudou-san menjadi populer menunjukkan betapa menakjubkannya dia dalam memasak."
"ya. Karena itulah, mengapa dia membuka restorannya di tempat seperti itu?"
Mengingat dialah yang sedang kita bicarakan, alasannya akan seperti, dia hanya ingin seseorang menikmati makanannya. Jumlah pelanggan semakin sedikit semakin baik.
Toudou Hiiragi. Salah satu rekan kami, dan seorang juru masak. Orang aneh yang meminta skill yang berhubungan dengan memasak bahkan setelah datang ke dunia fantasi. Seorang mantan NEET, dan buruk dalam interaksi sosial. Tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan menyimpan pikirannya sendiri. Tapi tetap saja, dia berusaha keras untuk bersama kami, dan bepergian bersama kami semua.
kami akhirnya melihat tujuan kami.
"Akhirnya….."
"Hah?" (Aya)
"aku mencari tempat ini berkali-kali setelah datang ke ibukota tetapi tidak pernah menemukannya."
dan Juga ada masalah tentang utangku pada Utano-san jadi aku lebih memprioritaskan upaya untuk mendapatkan uang daripada mencari tempat tinggal Toudou.
aku melihat ke tempat itu. Penampilan luarnya pada dasarnya adalah sebuah bangunan batu di atas kayu. Tampaknya dibangun dengan cukup baik. Bahkan bagian-bagian yang konon rusak ketika ia membeli tempat itu telah diperbaiki dan diperkuat dengan benar. Ketika aku mencoba menyentuhnya, aku merasakan sesuatu yang tidak ada di dunia ini. Apakah ini nyata?
Ketika aku melihat Aya, dia tersenyum samar. Pasti Kudou yang menyiapkan ini. aku tidak tahu bagaimana dia menyiapkan hal-hal seperti semen dll tapi kemampuannya adalah [pembuatan barang]. Dia pasti berhasil karena itu. Nah, ada juga waktu di mana dia membuat bom dari batu yang tergeletak di jalan selama perjalanan kami, jadi aku tidak benar-benar terkejut dengan apa yang dia lakukan. aku hanya bisa mengatakan 'oh, keren.'. Itu saja.
Nama restoran itu adalah [Burung Kebahagiaan]. Karena bangunan itu sendiri terasa lebih seperti rumah, papan itu anehnya tidak pada tempatnya.
"Sepertinya tempat yang bagus."(Renji)
"Iya. aku telah datang ke sini beberapa kali sebelumnya juga. tempat ini memiliki suasana yang hebat. "
"Kedengarannya bagus."
Ketika aku memasuki tempat itu, tatapan orang-orang di dalam mengarah ke kami. Tetapi jumlah mereka tidak banyak sama sekali. Sekilas, hanya 10 pelanggan dan 2 karyawan ada di sana. Mungkin satu karyawan lagi di dapur. Pintu masuk ke dapur berada di titik buta sehingga aku tidak bisa memastikannya. Mungkin, Toudou ada di sana juga. Tempat itu memiliki dua lantai dan aku bisa melihat tangga menuju lantai atas. Karena restoran itu sendiri sepertinya tidak terlalu sibuk, lantai dua mungkin adalah ruang tamu Toudou.
aku mengucapkan salam dan pelayan membawa kami ke tempat duduk kami. Ngomong-ngomong, para karyawan mengenakan pakaian pelayan. Mereka bahkan memiliki ikat kepala berjumbai yang sangat cocok untuk mereka. Seperti yang diharapkan dari toudou, dia seorang pria yang memiliki selera seperti itu juga.
Tepat ketika aku memikirkan hal-hal seperti itu, Aya mencubit bagian belakang tanganku. Senyumnya lebih menakutkan daripada rasa sakit, jadi aku cepat-cepat berjalan ke meja kami.
"sepertinya dia masih bisa menghasilkan uang Melihat dia mempekerjakan karyawan." (Renji)
"benar. Dia tidak terlalu mempromosikan tokonya tetapi tampaknya tempat itu menjadi populer dari mulut ke mulut."
Aya menyerahkan kartu menu kepadaku. jumlah hidangan nyatidak banyak.
Karena dunia ini tidak memiliki konsep pengiriman ke rumah, tidak ada cara mudah untuk mendapatkan bahan dan itu mungkin tidak bisa dihindari. Karena kami berada di ibukota, itu akan lebih mudah daripada berada di desa tetapi tetap saja, mendapatkan barang-barang murah akan sangat sulit. Tetapi tetap, untuk memiliki salad lengkap pada menu, apakah dia memiliki hubungan dengan keluarga petani? sedangkan untuk daging, daging Orc ........ itu tidak terlalu sulit untuk didapatkan.
Sisanya adalah jenis hidangan berbasis mie / gandum yang biasanya tidak pernah kamu lihat di dunia ini. aku melihat orang lain dan sepertinya semua orang memakannya.
"Kurasa masakan dari dunia kita jarang ada di dunia ini, kan?" (Renji)
"begitulah. kamu hanya bisa makan hal-hal seperti itu di sini dan karena itulah tempat ini menjadi populer di kalangan pecinta makanan. tapi tidak terlalu populer juga. Hidangan yang bisa kita dapatkan di istana juga tidak ada di sini."
"Yah, tentu saja."
Yah, akan lebih baik jika hidangan itu ada. sudah kuduga, tidak mudah membuat hidangan dari dunia lain menjadi populer. semuanya karena bahan-bahan dasar. Semuanya berbeda di dunia ini. aku ingat dia mengatakan sesuatu seperti kesulitan menemukan pengganti untuk benda tertentu. Selain itu, berbagai cara memasak yang berbeda juga merupakan hambatannya juga. aku bukan ahlinya tetapi jika aku ingat dengan benar, untuk membuat udon, kamu membutuhkan tepung terigu, air dan garam, kan?
Sambil mencoba mengingat resep, aku memesan sesuatu. Tentu saja, pesananku adalah jenis gandum. aku memesan Tsukimi Udon dan salad serta Aya memesan pasta Carbonara. Hmm tapi yah, aku penasaran apakah aneh memesan sesuatu seperti Udon saat berkencan tapi, aku benar-benar ingin makan itu. Aku ingin tahu apakah Toudou akan membuatnya sendiri?
"segitu saja cukup?"(renji)
"Iya. Lagipula aku tidak makan terlalu banyak."
"Jika kamu khawatir tentang keuanganku, kamu tidak perlu mengkhawatirkannya?"
"……… .kamu terdengar seperti seorang ayah, Renji-san."
"aku belum setua itu …… ..mungkin. Setidaknya anggap sebagai 'abang'. "
"Fufu. Tapi itulah penampilan yang kamu berikan. Bahkan Souichi melihatmu seperti itu lho...."
Tapi menjadi seorang ayah.... aya yang mengatakan hal yang merepotkan itu tertawa ketika melihat reaksiku. Bahkan gerakan manisnya yang biasa tampak lebih dewasa hanya karena dia membiarkan rambutnya terurai.
Menyadari tatapanku, seolah berusaha menyembunyikan senyumnya, dia melihat ke bawah untuk mengalihkan pandangannya. Di bawah cahaya redup, aku tersenyum melihat Aya mengecilkan dirinya sendiri seperti itu untuk menyembunyikan rasa malunya.
"Entah bagaimana, ini benar-benar terasa nostalgia." (Renji)
"Eh?"
Mendengar kata-kataku, wajahnya bangkit kembali.
"Dulu ketika kita baru saja datang ke dunia ini, seperti, kita tidak banyak bicara, kan?"(renji)
"kita, errrr ………"
"Dulu, bahkan saat makan malam seperti ini, aku hanya berbicara dengan Souichi dan Yayoi-chan."
"uuuu .."
Bagaimana ya, Aya yang dulu pemalu, atau lebih tepatnya, selalu membangun tembok antara dirinya dan orang lain. aku tahu dia memiliki keadaan keluarga yang rumit, aku juga telah mendengarnya secara mendetail. Jadi aku bisa mengerti mengapa dia seperti itu, dan itulah mengapa sekarang aku bisa berbicara dengannya seperti ini tentang hal itu.
Aya sendiri tersipu malu mengingat kepribadian masa lalunya sendiri.
"…… .Renji-san telah berubah juga." (Aya)
"Benarkah?"
"Iya."
Ketika dia mengatakan itu, aku merasa sedikit sedih. aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela dan aku menghela nafas dalam-dalam.
"dulu aku seperti apa?" (Renji)
"Eh?"
"Aya, bagaimana—"
aku berhenti bicara. Bagaimana aku harus bertanya padanya? aku tidak bisa memikirkan caranya. Sangat memalukan untuk bertanya bagaimana dia bisa menyukaiku. jika aku seorang wanita, aku tidak akan pernah mau bergaul dengan pria tua sepertiku.
Aya menungguku untuk melanjutkan omonganku.
"——- saat itu, sejak kita berkelana, apakah aku sudah berubah?"
Pada akhirnya, aku mengajukan pertanyaan yang aman. Sambil menghela nafas pada diriku sendiri, aku mengalihkan pandanganku kembali ke Aya. Matanya yang jernih menatap langsung ke arahku. Saat tatapan kami terhubung, aku merasa seperti dikalahkan oleh matanya yang kuat.
"Ya."(aya)
dia Masih menatapku dengan mata kuat itu dan mengangguk.
"Renji-san saat dulu jauh lebih keren."(renji)
"Keren, huh?"
Kata yang tidak jelas. aku tidak tahu bagaimana aku telah berubah dari waktu itu, tetapi sepertinya aku tidak sekeren sebelumnya. Yah, aku juga tidak bisa menyangkalnya. Aku masih terjebak dengan masa laluku. Tapi--
"begitu...."(renji)
"Fufu."
Mata gadis ini, wanita yang selalu mendukungku, rekan-rekan yang menganggapku sebagai pemimpin, ——- Aku tidak ingin mengkhianati mereka. aku ingin melindungi mereka. Pergerakan di antara iblis, keberadaan Solnea, ketiadaan Dewa iblis. berbagai tanda ini, aku yakin dunia akan mulai bergerak lagi. aku harus bertarung bersama Ermenhilde sekali lagi. aku Tidak peduli seberapa bencinya berkelahi, aku tidak bisa lari dari itu .
sama seperti waktu itu - seperti bagaimana aku mengorbankan Eru untuk membunuh Dewa Iblis, untuk tidak pernah kehilangan siapa pun lagi. aku harus memutuskan diriku untuk maju sekali lagi.
"Yah, sepertinya aku tidak keren sama sekali sekarang." (Renji)
"Tidak juga. Bahkan sekarang, Renji-san masih cukup keren sih?"(Aya)
"Jujur saja, kamu tidak harus memaksakan diri untuk mengatakannya lho.... Lihat, wajahmu memerah. "
"...... mouu, kamu seharusnya mengabaikan hal-hal seperti itu!"
Sambil melihat aya cemberut, aku tertawa. Meskipun dia berpakaian dewasa, ekspresinya masih kekanak-kanakan. aku kira penampilannya yang sebenarnya adalah penampilan dengan ekspresi kekanak-kanakannya. dia menatapku dengan senyum lebar.
pesanan kami datang dan diatur di atas meja. Udon yang mengepul merangsang rasa laparku. Carbonara Aya juga terlihat lezat.
"Aku akan bekerja keras juga."(renji)
"Hah?"
"Tidak. ayo makan."
aku menyeruput Udonku. Aya sepertinya ingin aku mengatakannya lagi, tapi, yeah, Udon ini benar-benar enak. Seperti yang diharapkan dari Toudou, dia memiliki pekerjaan terbaik yang pernah ada. Sambil memikirkan hal-hal seperti ahli pencicip makanan, aku melirik ke arah Aya.
Apakah dia menyerah mengira bahwa aku tidak akan mengulanginya lagi? saat ini dia fokus pada pasta carbonara yang dia pesan. Melihat gerakan kecilnya seperti memegang rambutnya sedikit ke belakang, aku merasa terpikat. Sambil menatapnya, ali berpikir.
——— Aku tidak bisa menjadi pahlawan.
Maka paling tidak, aku bisa bergerak maju dengan percaya diri. Seperti sebelumnya. Seperti setahun lalu.
"Turnamen ……." (Renji)
"ya?"
"Tidak, yaaaah, aku berpikir mungkin aku bisa mencoba sedikit lebih keras di turnamen bela diri juga."
aku ragu hanya mencoba saja akan membuatku menang, tetapi, aku mungkin akan berubah sedikit.
Itu saja akan memiliki arti yang cukup bagiku.
aku bukan Pahlawan.
Tetapi aku, pernah mengagumi para pahlawan itu.